PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Kelapa sawit
merupakan tanaman industri penting penghasil minyak
masak, industri maupun bahan
bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar dan merupakan
komoditas unggulan dalam penerimaan devisa
Negara.
Dalam pembangunan
kebun kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama meliputi seluruh
kegiatan yang diperlukan dari awal hingga penanaman tanaman di lapangan, sedangkan
tahap kedua mencakup pemeliharaan hingga tanaman mulai menghasilkan.
Kedua tahap ini sangat berbeda
dalam hal kegiatan di lapangan maupun teknik pengelolaan yang diperlukan untuk
memperoleh hasil seefisien mungkin dengan kualitas yang baik.
Pemeliharaan kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dari komponen produksi. Dalam kegiatan pemeliharaan, pemupukan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk. Menurut Sutarta et al. (2003), pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya.
Metode untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia. Tindakan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan karena :
Pemeliharaan kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dari komponen produksi. Dalam kegiatan pemeliharaan, pemupukan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk. Menurut Sutarta et al. (2003), pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya.
Metode untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia. Tindakan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan karena :
1. Kondisi topografi wilayah dilahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng
2. Kondisi curah hujan relatif tinggi.
3. Kondisi lahan merupakan area rawa, area gambut atau area pasang surut.
4. Terjadinya pemadatan tanah
khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air
hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat.
5. Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung.
Metoda
konservasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah : pengolahan tanah,pemeliharaan
jalan pembangunan teras, pembuatan
saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk mengisi
persediaan air dalam tanah, dan penanaman tanaman dalam setrip kontur.
B.
Tinjauan Pustaka
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis
yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang
Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun
dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang
optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian
di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006)
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim.
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim.
Hal yang
perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan
organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
Konservasi tanah dan air sangat penting dan semakin memerlukan
perhatian dalam budidaya kelapa
sawit. Kondisi tanah yang baik akan
berpengaruh pada proses
penyerapan air dan hara, respirasi akar serta
memudahkan pemeliharaan tanaman
dan panen. Menurut Arsyad (2006), setiap
perlakuan yang diberikan pada sebidang
tanah akan mempengaruhi tata air pada
tempat itu dan
tempat-tempat di hilirnya.
PEMBAHASAN
’’ PemeliharaanAreal/Infrastruktur Diperkebunan”
A. Jalan
Jalan adalah sarana transportasi utama
pada perkebunan yang berperan untuk mengangkut bibit, pupuk, tenaga kerja dan
produksi.
1. Pemeliharaan
jalan
Pemeliharaan jalan di kebun kelapa sawit dilakukan dengan
dua cara yaitu :
a. Secara Manual
Perbaikan secara manual dilakukan
oleh tenaga kerja pria dengan membuang air dari lubang dan menimbunya kembali
setelah lubang kering dan menunas daun kelapa sawit yang telah menutupi jalan
yang sering disebut dengan istilah rempes.
b. Secara Mekanis.
Kerusakan dalam skala besar akan diperbaiki dengan Grader Catepillar seri 120 G dengan sistem Chamber agar air hujan tersebut mengalir ke parit.


b. Secara Mekanis.
Kerusakan dalam skala besar akan diperbaiki dengan Grader Catepillar seri 120 G dengan sistem Chamber agar air hujan tersebut mengalir ke parit.


Gbr 1. Pemeliharaan jalan diperkebunan kelapa
sawit
Beberapa hal yang diperhatikan dalam perawatan jalan :
1.
Pengaliran air adalah syarat utama
(mendalamkan parit besar)
2. Aliran kesamping dan
parit harus tetap terpelihara.
3.
Keadaan lapisan permukaan, masuknya
sinar matahari dan kemiringan harus dipelihara untuk menjamin pengeringan air
permukaan dari jalan
4.
Penimbunan lapisan permukaan selamanya harus
dilaksanakan dengan mempergunakan jenis tanah yang cocok, bila mungkin dicampur
dengan pasir atau kerikil
5.
Tanah humus ataupun tanah lembek
yang mengandung bahan-bahan organik sama sekali tidak boleh dipergunakan untuk
melapisi permukaan ataupun menimbun lobang-lobang.
6.
Operasi Road grader, bulldozer dan compactor,
harus diorganisir oleh administratur agar dipakai pada tempattempat yang paling
memerlukannya. (Tugas utama road grader adalah membentuk kemiringan permukaan
yang tepat dan karena itu di belakang road grader harus dipekerjakan karyawan
dari regu perawatan untuk membuka kembali jalan-jalan air).
2.
Jenis jalan yang ada di perkebunan:
- Jalan utama(main road), semua jalan
yang terdapat pada areal akan bermuara ke jalan utama.
Ukuran jalan utama:
• Lebar = 16 m (2 gawangan)
• Pinggir = 2 m
• Parit = 1 x 0,6 x 0,5 m
• Bahu jalan = 2 m
• Badan jalan ± 6 m - Jalan koleksi(collection road),
berfungsi sebagai sarana transportasi buah.
• Lebar = 8 m
• Pinggir jalan = 0,9 m
• Parit jalan = 0,6 x 0,4 x 0,3 m
• Bahu jalan = 0,5 m
• Badan jalan = 4 – 5 m - Jalan control(control road),
berfungsi sebagai sarana pengontrolan blok areal. Dibuat mengelilingi
areal perkebunan.
Ukuran jalan kontrol/blok:
• Lebar = 8 m
• Pinggir jalan = 0,9 m
• Parit jalan = 0,6 x 0,4 x 0,3 m
• Bahu jalan = 0,5 m
• Badan jalan = 4 m
B.
Parit Drainase
1.
Pembutan
Parit Drainase
Parit drainase dibuat pada lahan yang memiliki kemiringan lereng datar
sampai berombak (<< 8 %) atau lahan yang memiliki drainse terhambat
sampai tergenang, ada beberapa jenis parit drainase, yaitu field drain,
collection drain, main drain, outlet drain (parit pembuangan keluar) dan parit
jalan. Seluruh parit drainase ini
sebaiknya sudah dibangun sebelum penanaman kelapa sawit dilaksanakan. Hal tersebut dimaksudkan agar tanaman kelapa
sawit dapat tumbuh optimal, diusahakan permukaan air tanah berada pada
kedalaman ³ 80 cm dari permukaan tanah.
Peran Parit drainse :
Peran Parit drainse :
1.
Mencegah supaya air
tidak tergenang di lapangan.
2.
Menurunkan
permukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu.
3.
Mencegah pencucian
pupuk
2.
Pemeliharaan parit drainase.
Pemeliharaan parit darinase dapat dilakukan dengan:
Pemeliharaan parit darinase dapat dilakukan dengan:
a.
Membersihkan seluruh tumbuhan dan sampah
yang ada pada dinding dan dasar saluran air
b.
Mengangkat endapan-endapan liat atau
lumpur yang ada pada dasar saluran air.
c.
Membersihkan sampah-sampah yang
mengganggu kelancaran air di sekitar jembatan dan gorong-gorong.
d.
Memperbaiki jembatan, gorong-gorong
dan bronjong.
e.
Perlunya pintu air (water gate) pada
areal gambut untuk mengontrol keadaan air di areal perkebunan pada musim hujan
dan musim kemarau.

Gbr 2 . Pintu air (water gate)
C.
Teras Kontur
1.
Pengertian Teras
Di Perkebunan.
Teras adalah bangunan konservasi tanah
dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan
utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta
dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan
air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur.
•
Ada
tiga macam jenis teras : teras bangku, teras gulud dan teras individu
a.
Teras
Kontur
teras yang dibuat memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah membentuk susunan seperti tangga, dibuat sedikit miring ke dalam agar air lebih banyak meresap. Tebing teras ditanami rumput, bibir tebing ditanami tanaman penguat teras. Teras bangku tidak cocok untuk tanah mudah longsor, jeluk dangkal dan lapisan bawah mengandung unsur racun tanaman
teras yang dibuat memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah membentuk susunan seperti tangga, dibuat sedikit miring ke dalam agar air lebih banyak meresap. Tebing teras ditanami rumput, bibir tebing ditanami tanaman penguat teras. Teras bangku tidak cocok untuk tanah mudah longsor, jeluk dangkal dan lapisan bawah mengandung unsur racun tanaman
b.
Tersa
Gulud
Dibuat dengan memotong lereng sesuai dengan kontur, dilengkapi dengan guludan dan saluran pembuangan
Dibuat dengan memotong lereng sesuai dengan kontur, dilengkapi dengan guludan dan saluran pembuangan
Jeluk tanah dangkal, teras bangku tidak
cocok
Kemiringan < 150
Saluran drainasi di pinggir, sebelah
dalam guludan.
c.
Teras
Individu/ Tapak Kuda
Teras yang dibuat dengan meratakan tanah di sekitar tanaman dengan garis tengah 1 – 1,5 m
Teras yang dibuat dengan meratakan tanah di sekitar tanaman dengan garis tengah 1 – 1,5 m
Dapat dibuat pada lereng > 45o
Piringan teras dibuat sedikit miring ke
dalam.
2.
Fungsi Pembuatan
Teras
1.
Mengurangi
aliran permukaan air (Run-off) yang akan mengurangi bahaya erosi
2.
Memperbesar
daya infiltrasi dan penyimpanan air tanah (meningkatkan efektivitas pemupukan)
3.
Memudahkan
pemeliharaan tanaman
4.
Sebagai
tempat penaburan pupuk
3.
Pemeliharaan
Teras Kontur.
Pemeliharaan Setiap saat yaitu
diperlukan pemeriksaan yang teratur untuk mereparasi teras yang rusak.Pada
tahap selanjutnya, reparasi teras-teras adalah memperbaiki kembali
permukaandengan sudut miring tetap 10º - 15º dan memadatkan pinggiran bila
perlu,dilaksanakan setahun sekali
Pemeliharaan
teras dapat dilakukan dengan:
(a) mengeruk
tanah yang menimbun (menutup) selokan teras,
(b) memelihara guludan dan talud dengan cara memperbaiki
bagian yang longsor,
(c) mengulam dan memangkas tanaman penguat teras
dan tanaman talud.

Gbr 3. Terasan
diperkebunan kelapa sawit
D.
Tapak Kuda Kelapa Sawit.
(planting
platform)
Tapak
kuda merupakan Salah satu cara konservasi tanah dan air pada lahan miring. Tapak
kuda memiliki nama unik karena bentuknya mirip dengan tapak kuda yaitu tanah
yang di ratakan berbentuk melingkar di sekeliling tanaman. Tapak kuda memiliki
ukuran standart 3 m x 3 m sampai 4 m x 4
m hal ini bertujuan agar kegiatan yang dlaksanakan di perkebunan kelapa sawit
menjadi terbantu karena di perlukan piringan yang lebar.
1. Cara
Pembuatan tapak kuda:
a. Memancang areal yang akan dibuat
tapak kuda
b. Permukaan tanah dibersihkan dari
humus, akar-akar, tunggul dan kayu.
c. Tanah galian disusun untuk tanah
bagian yang ditimbun, akan lebih baik jika
menggunakan tanah yang dimasukkan kedalam karung sebagai benteng
d. Pengerasan (penggeblekan) dilakukan
hingga tanah timbunan menjadi padat
5. Tanah timbunan dibentuk hingga
memiliki kemiringan 50 – 100.
6. Kemudian dibuat benteng kecil di
pinggir tanah timbunan.

Gbr 4.Sketsa DalamPembuatan Tapak Kuda.
Adapun fungsi dari tapak kuda adalah
sebagai berikut :
1. Mempermudah
aktivitas pekerja
2.
Menampung unsur hara dan air
3. Mengurangi
terjadinya erosi tanah
4. Mengurangi
kehilangan unsur hara
5. Meningkatkan
produktivitas pekerja
2.
Pemeliharaan Tapak Kuda
Pada
tahap awal diperlukan pemeliharaan yang teratur untuk memperbaiki tapak kuda
yang rusak. Pada tahap selanjutnya perbaikan tapak kuda dilakukan 3 tahun
sekali dengan memperbaiki kembali permukaan dengan sudut kemiringan 50
- 100 dan memadatkan pinggirannya bila perlu.
Agar dapat bertahan lama maka
sebaiknya dilakukan pemeliharaan tapak kuda setiap 3 tahun sekali dengan
memperbaiki kembali permukaan dan memadatkan pinggirannya karena biasanya
sering terjadi kerusakan karena dinding menjadi longsor.
E.
Rorak:
Rorak adalah galian
yang dibuat di sebelah pokok tanaman untuk drainasi, menampung erosi dan
menempatkan bahan/pupuk organik
1.
Fungsi
Rorak
Rorak berfungsi untuk menampung air hujan serta
air aliran permukaan (run-off ) agar air tidak mengalir keluar blok
dan terbuang begitusaja. Jumlah dan jarak antar
rorak tergantung dari lokasi kemiringan lahan, curah hujan dan kondisi lokasi. Rorak dibuat pada gawangan mati kelapa sawit
dan untuk satu unit rorak mewakili empat pokok kelapa sawit. Pada areal datar,
galian rorak dibuat sejajar dengan barisan tanaman, sedangkan padaareal miring
galian rorak dibuat tegak lurus arah lereng atau sejajar kontur.
2.
Pembuatan Rorak
Rorak dibuat setiap 12 – 24 meter untuk kemiringan lereng 8 – 30 %. Rorak dibuat dengan ukuran lebar 50 cm dan
kedalaman 60 cm. Masing-masing rorak
mempunyai panjang 4 m yang disambung satu sama lain dengan penyekat antar
galian sepanjang 30cm. Sebelum pembutan, areal yang akan dibuat rorak terlebih
dahulu dipancang sehingga seluruh rorak yang akan dibuat berada pada titik
ketinggian yang sama (water pass).
Galian rorak diposisikan agar dapat
memanen air yang mengalir
di permukaan serta menampung serasah organik pada top soil agar tidak
terbawa keluar oleh erosi. Pada blok yang melakukan
pemupukan secara mekanis, posisirorak harus disesuaikan agar tidak mengganggu
jalur alat penebar pupuk( spreader) tersebut.
![[gbr2,3,4,5.JPG]](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.jpg)
Gbr 6.Posisi Rorak.
3.
Perawatan Rorak
Perawatan rorak harus rutin dilakukan sehingga fungsinya dapat maksimal. Apabila telah terisi 50 % dengan tanah atau pasir harus segera dilakukan pencucian. Tanah bekas pencucian ditempatkan dibawah rorak atau tumpukan galian sebelumnya.
Perawatan rorak harus rutin dilakukan sehingga fungsinya dapat maksimal. Apabila telah terisi 50 % dengan tanah atau pasir harus segera dilakukan pencucian. Tanah bekas pencucian ditempatkan dibawah rorak atau tumpukan galian sebelumnya.
![[gbr2,3,4,5.JPG]](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image015.jpg)
Gbr 7.Pemeriksaan Lubang Rorak
F.
Benteng
Benteng berfungsi
untuk menahan air pasang, sepanjang laut- sungai- parit
uKuran :
Benteng Teras Rorak
¢ Lebar
Bawah 60 cm 35
cm
¢ Lebar
Atas 40 cm 40 cm
¢ Tinggi 30 cm 50 cm
¢ Lebar
kaki lima 10 cm -
Panjang benteng teras dan rorak minimal 3 meter
sesuai dengan kebutuhan.
1.
Pembuatan benteng teras:
Pembuatan benteng teras dilakukan setelah penanaman
kelapa sawit
Tentukan suatu titik tertentu dimana pemancangan
dimulai baik untuk arah benteng secara timbang air maupun jarak antar 2 (dua)
benteng teras.
Setelah pemancangan selesai, maka parit digali dan
tanah galian ditimbun memanjang menurut arah pancang benteng teras dan kemudian
dibentuk sesuai dengan ukuran.

Gbr 6. Penampang Melintang Benteng Teras & Rorak.
2. Pemeliharaan Benteng.
Pada tahap awal diperlukan pemeliharaan yang teratur untuk memperbaiki benteng yang rusak, Agar dapat bertahan lama maka sebaiknya dilakukan pemeliharaan Benteng secara rutin dengan memperbaiki kembali permukaan dan memadatkan karena biasanya sering terjadi kerusakan karena longsor.
Pada tahap awal diperlukan pemeliharaan yang teratur untuk memperbaiki benteng yang rusak, Agar dapat bertahan lama maka sebaiknya dilakukan pemeliharaan Benteng secara rutin dengan memperbaiki kembali permukaan dan memadatkan karena biasanya sering terjadi kerusakan karena longsor.
G. Jembatan
Jembatan adalah penghubung jalan pada aliran parit,
sungai, jurang dan lain sebagainya.
1.
Jenis-jenis Jembatan di Perkebunan:
a. Jembatan kayu; Balok, Papan bertiang, Batang kayu.
b. Jembatan dari gorong-gorong (culvert); Buist beton, Baja bergelombang (multi-plate),Box-Culvert.
c. Jembatan beton
atau baja bertulang; Titi panen beton.

Gbr 7. Jembatan Papan
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan jembatan antara lain:
a. Jembatan harus tegak lurus dengan arah aliran
air.
b. Debit air pada saat banjir.
c. Ukuran parit yang telah ada.
d. Kriteria jalan tersebut (Acess-road, Main-road, Collection-road).
e. Jenis tanah.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan Dalam
pemasangan gorong-gorong antara lain:
a. Dasar parit diratakan, tidak boleh tergenang
air.
b. Diberi bantalan kayu keras (dibuat semacam
tangga-tangga sehingga gorong-gorong dapat lurus).
c. Gorong-gorong diletakkan diatas bantalan kayu,
dipasang rapat dan lurus (terutama pada dinding sebelah dalam gorong-gorong).
d. Pada sambungan gorong-gorong disemen.
e. Penimbunan.
f. Pembuatan wing wall (cerucuk
atau goni tanah).
4. Dalam pemeliharaan jembatan
diperlukan beberapa tindakan antara
lain:
a. Monotoring debit air pada saat banjir.
b. Monitoring sampah atau kotoran yang hanyut.
c. Erosi tanah disekitar jembatan (run-off).
d. Pasang cerucuk atau karung isi tanah disamping kanan-kiri jembatan.
e. Timbun tanah disekitar jembatan.
f. Pelapisan ter atau
oli kotor dipermukaan kayu.
g. Penyisipan papan yang rusak atau busuk.
h. Pemasangan tanda Jembatan.

Gbr 8. Jembatan Beton
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan
Perkebunan Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 116 hal.
Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit ( Teknis Agronomis dan
Manajemen). Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 296 hal.
Lubis, A.U.
1992. Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat.
Sumatera Utara. 392 hal
http://www.academia.edu/4987883/Makalah_Seminar_PENGELOLAAN_AIR_UNTUK_BUDIDAYA_TANAMAN_KELAPA_SAWIT_Elaeis_guineensis_Jacq_DI_PT_SARI_ADITYA_LOKA_1_JAMBI_Water_Management_for_cultivation_Palm_Oil_Elaeis_guineensis_Jacq_in_PT
http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Konservasi-tanah-dan-air-pada-perkebunan-kelapa-sawit-Elaeis-guineensis-Jacq.-PT-Sari-Lembah-Subur-Pelalawan-Riau.pdf.
http://disbun kalbar.go.id/web/jdownloads/Pedoman%20Umum/pedoman_umum_sawit_2009.pdf.
http://disbun kalbar.go.id/web/jdownloads/Pedoman%20Umum/pedoman_umum_sawit_2009.pdf.