Kamis, 26 Mei 2016

KAJIAN BIAYA PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus sp) SECARA KIMIAWI DAN PENGENDALIAN SECARA HAYATI PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF)

I.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
             Kelapa sawit pertama sekali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit  di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh  K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. (Lubis,A.U.2008. Medan).
Secara umum penguasaan lahan perkebunan kelapa sawit  untuk tahun 2011 didominasi oleh perkebunan milik rakyat, kemudian diurutan kedua perkebunan milik swasta, dan diurutan ketiga perkebunan milik Negara. Dengan demikian areal perkebunan kelapa sawit Indonesia tumbuh rata-rata 11 % per tahun. Dimana perkebunan rakyat tumbuh 11.6 % pertahun, perkebunan Negara tumbuh 5,4 % pertahun, dan perkebunan swasta ( pengusaha nasional dan asing ) tumbuh 12,8 % pertahun.Lahan sawit rakyat tahun 2011 ada 3,8 juta ha ( 48 %) ,BUMN 617 ribu ha   ( 7%), dan swasta 3,2 juta ha (45 %). (Sumber informasi Koran Analisa tanggal 23 Mei 2011).  Para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit mengembangkan usahanya baik secara usaha mikro maupun usaha skala makro. Di dalam skala makro perusahaan perkebunan mempunyai tujuan diantaranya merencanakan pengembangan  luas areal dan skala mikro diantaranya pengembangan sumber daya genetik atau pengembangan bahan tanam kelapa sawit. Kemudian keuntungan dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit nilai ekonomi cukup tinggi karena para investor menginvestasikan modalnya untuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
Beberapa permasalahan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Hama yang sering mengganggu tanaman kelapa sawit adalah salah satunya jenis hama mamalia. Hama tanaman dari golongan mamalia yaitu kelelawar (Pterepus vampyrus), bajing/tupai (Callosciurus notatusi), tikus (Rattus Rattus argentiventer), musang (Paradoxurus hermaphrodites), babi hutan, kera, dan gajah. Serangan hama-hama inilah yang merupakan kendala yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman di dalam sektor perkebunan.
Di dalam usaha pengendalian hama  perusahaan harus  mengambil tindakan atau keputusan  yang tepat  terhadap pengelolaan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan kriteria tanaman sehat. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama merupakan ancaman bagi keberhasilan pengelolaaan penanaman tanaman kelapa sawit yang nantinya akan berpengaruh kepada produktivitas dan produksi TBS (fruit fresh brunch).
B.     Perumusan Masalah
Serangan  tikus menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat tumbuhnya dan dapat menurunkan produktivitas dari tanaman. Untuk itu dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu dengan menggunakan Klerat RM-B Berbahan aktif Bridivakum 0,005 % untuk menekan populasi dari hama tikus serta pengendalian hayati  dengan menggunakan musuh alami dari hama tikus yaitu burung hantu      (Tyto alba) sehingga populasi hama tikus dapat menurun.
C.    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji biaya pengendalian hama tikus (Rattus sp) secara kimiawi dan hayati.
D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.      Sebagai bahan informasi untuk pengendalian hama tikus di perkebunan kelapa sawit.
2.      Sebagai bahan informasi bagi pembuat kebijakan.
3.      Sebagai bahan informasi bagi pihak - pihak yang membutuhkan
E.     Batasan penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) pada tanaman menghasilkan (TM)  tahun tanam  2005 di Blok M17 dan tahun tanam 1997 di Blok N 6.
      
 II .TINJAUAN PUSTAKA
A. Siklus Hidup Tikus ( Rattus sp).
         Tikus adalah salah satu hama penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit, serangan hama tikus di tanaman kelapa sawit yang membahayakan pada tanaman belum menghasilkan  ( TBM )  di bandingkan pada tanaman menghasilkan. Bila yang diserang  pada tanaman belum menghasilkan pertumbuhan tanaman akan melambat karena hama tikus  menyerang titik tumbuh atau daun tombak tanaman kelapa sawit. Tikus merupakan hama utama dalam perkebunan kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan, baik pada TBM maupun TM. Pada tanaman TBM dapat menyebabkan kehilangan tanaman sampai 90 % sedangkan tanaman TM kehilangan minyak CPO mencapai 3 - 5 % per hektar/tahun apabila tidak ada pengendalian.
             Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit ( Mus sp) serta tikus got            (Ratttus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara serta merupakan hewan yang populer untuk di pelihara. Tikus dapat berproduksi pada usia 2 - 3 bulan dan masa kehamilan 19-21 hari. Seekor tikus betina bisa melahirkan 5 - 10 ekor setiap kelahiran dan dalam setahun bisa  melahirkan 5 - 10 kali  dengan  perbandingan jantan  dan betina: 50% : 50%. Mereka akan kawin lagi setelah 48 jam setelah melahirkan. Dengan perbandingan ini, sepasang tikus bisa menghasilkan  keturunan atau regenerasi populasi sebanyak 10.000 sampai dengan 15.000 ekor hama tikus pertahunnya.
                                    Gambar 1. Siklus Hidup Hama Tikus (Rattus sp)
Populasi tikus hidup dan berkembang tergantung dari tersedianya makanan di lapangan dan tempat persembunyian. Untuk dapat berkembang biak perlu makanan yang banyak mengandung tepung. Pada musim kering jika air kurang, tkus kebutuhannya dengan memakan makanan yang banyak mengandung air.
Pada umumya tikus menyukai hidup di lubang-lubang bawah tanah. Sarang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu. Pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari dan pintu darurat yang digunakan dalam keadaan membahayakan. Misalnya pada saat dikejar predator ataupun pada saat gropoyokan tikus akan keluar dari pintu yang susah dijangkau. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupinya dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari berkelok-kelok.
Adapun klasifikasi hama tikus perkebunan kelapa sawit adalah :
Sub filum        : Vertebrata (bertulang belakang)
Phylum            : Chordata
klas                  : Mamalia (menyusui)
Ordo                : Rodentia (hewan pengerat)
Famili              : Muridae
Genus              : Rattus-rattus
Spesies            : Rattus sp
Perkembangbiakan tikus sangat cepat, umur 1,5 – 5 bulan sudah dapat berkembangbiak, setelah hamil 21 hari, setiap ekor dapat melahirkan 6 - 8 ekor anak, 21 hari kemudian pisah dari induknya dan setiap tahun seekor tikus dapat melahirkan 4 kali. Populasi tikus tergantung persediaan makanan dan tempat persembunyiannya. Untuk dapat berkembang biak perlu makan yang banyak mengandung tepung. Dalam kondisi yang tidak terkendali  populasi tikus dapat mencapai 300 ekor / ha.
            Breeding awal adalah sekitar 50 hari usia di kedua betina dan jantan, meskipun mungkin betina estrus tama mereka pada 25-40 hari. Mencit polyestrous dan berkembang biak sepanjang tahun ovulasi spontan. Lamanya siklus estrus 4-5 hari dan estrus itu sendiri berlangsung sekitar 12 jam terjadi di malam hari.
B. Gejala serangan
Tikus pada tanaman muda menyerang titik tumbuh atau umbut yang dimakannya menyebabkan tanaman mati. Kematian ini dapat mencapai 20 % atau lebih sehingga harus disulam yang sudah tentu memakan biaya yang tinggi dan tertundanya sebagian tanaman untuk mulai dipanen  pada tanaman menghasilkan tikus akan memakan atau mengerat bunga, buah muda, maupun buah yang lebih tua.  Keratan tikus pada buah dapat menyebabkan peningkatan asam lemak bebas (ALB). Bunga yang diserang akan menyebabkan persentase bua pada tandan menjadi rendah. Serangan pada bunga sering  terjadi pada musim kering (kemarau).
Bibit bagal / pucuk yang baru ditanam dikerat batangnya dengan/tanpa mata dirusak, hanya jika kurang dalam menanamnya bibit jadi terbuka sehingga lekas mati karena cara memakannya dengan menarik-narik. Bibit yang sudah tumbuh/rayungan  dimakan di atas tanah, daun dan pupus menjadi layu dan kering, tanaman patah. Jika kurang dalam titik tumbuh turut rusak, maka tanaman akan mati. Jika titik tanaman tersebut tidak rusak, maka tanaman dapat tumbuh lagi. Tanaman yang pernah diserang daun - daunnya kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul.
Pada tanaman umur 2 – 3 bulan, daun-daun kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul. Pada tanaman yang sudah besar yang mencapai tinggi 2 m atau lebih, kerusakan dapat di dalam tanah, di atas tanah, dan di pucuk. Pada bagian tanaman di bawah tanah, akar rusak, daun menjadi layu, kuning kemudian kering. Tanaman mudah dicabut jika sudah mati. Pada ruas kerusakan ditemukan pada ruas ke- 5 sampai dengan ke- 9, tanaman mudah patah. Kerusakan pada pucuk terjadi lebih dari 25 – 35 cm di bawah sendi daun ialah pada tempat-tempat yang ruasnya lemah karena masih muda sekali kadang-kadang di sekitar titik tumbuh.
 Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan patahnya pucuk, jika hal ini meliputi areal yang luas dapat terlihat jelas dari jauh karena menyerupai semacam atap.



C. Metode Pengendalian Hama Tikus (Rattus sp)
Adapun beberapa  pengendalian hama Tikus adalah sebagai berikut:
 1. Pengendalian tikus secara kultur teknis (Rodentstop Service).
a. Proofing Infestation
     Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air. Kami akan merekomendasikan kepada klien bila dijumpai adanya celah masuk tikus untuk di proofing/ditutup biasanya dengan jaring kawat pada area pembuangan air.
b. Sanitation
      Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi factor penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien.
c. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah. Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitif, seperti area parkir/garden, setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus nying-nying (mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi penempatan umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan pada suatu lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah tenaga serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah (housing), Mall, industri (pergudangan), RS, Hotel/Apartemen. Dalam pengendalian hama tikus kita menganut konsep pengendalian hama terpadu yaitu sistem pengendalian populasi yang memanfaatkan secara terpadu untuk menurunkan populasi dan mempertahankannya dibawah batas ambang ekonomi.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pengendalian hama tikus perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-  Perlu pengorganisasian yang baik
-  Meliputi daerah yang luas
-  Dilaksanakan secara massal
-  Serentak
            Berulangkali dilakukan sampai populasi di bawah batas yang menyebabkan kerugian ekonomis . Sanitasi Tanaman dan Lingkungan yaitu membersihkan semak-semak dan rerumputan, membongkar liang dan sarang serta tempat perlindungan lainnya.
2. Pengendalian hama terpadu (PHT)
Pengendalian hayati adalah taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendalian alami dan keseimbangan ekosistem. (http://widyariska.blogspot.com 2008/01/17 9 pm).
Kemudian pengendalian secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan hama tanaman menggunakan zat kimia pembasmi hama tanaman yaitu pestisida. Definisi dari pestisida, ”pest” memiliki arti hama, sedangkan “cide” berarti membunuh. Sering disebut “pest killing agent”. Dalam pengendalian hama secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir. (http://widyariska.blogspot.com 2008/01/17 9 pm)
            Dengan kata lain sistem PHT ini adalah suatu sistem/metode pengendalian dengan mengkombinasikan/menggabungkan beberapa proses pengendalian, yaitu baik pengendalian secara kimiawi maupun pengendalian secara agensia hayati  dengan menggunakan musuh alami dari tikus (Rattus sp) yaitu burung hantu (Tyto alba), Ular, dan kucing hutan. Sedangkan pegendalian secara kimiawi adalah dengan menggunakan Klerat RM-B dan Rait Bait.  Di dalam pengendalian hama tikus            ( Rattus sp) kita juga harus memikirkan berapa anggaran biaya yang kita keluarkan  baik pengendalian secara kimiawi maupun secara agensia hayati. Namun demikian anggaran biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi harapan / espektasi.
3. Pengendalian Mekanis
Meliputi semua cara pengendalian yang secara langsung membunuh tikus dengan pukulan, diburu anjing, menggunakan perangkap, dsb. Cara ini akan berhasil bila diorganisir dengan baik dan dilakasanakan serentak, sebagai contoh adalah pemasangan perangkap dengan menggunakan bambu dengan panjang antar              1,5 – 2 meter yang salah satu ujungnya dibiarkan tertutup dan ujung lainnya dilubangi. Pemasangan dilakukan sore hari ditempat yang biasa dilalui tikus didekat pamatang diharapkan tikus akan masuk lubang dan sembunyi, dan pagi diambil dengan terlebih dahulu ujung yang terbuka dimasukkan kedalam karung goni dibunuh. (Hendromuntarjo.Pengendalian Hama Tikus. Http.wordpress. 2008/01/17 9 pm).
4. Pengendalian Biologis/agensia hayati     
Dengan memanfaatkan musuh alami (predator) yang menghambat populasi tikus seperti ular, kucing, dan burung hantu (Tyto alba). Adapun keuntungan dari pemeliharaan burung hantu adalah karena predator dari tikus ini aktif pada malam hari untuk mencari makanan. Sama halnya seperti tikus yang juga aktif mencari makanan pada malam hari. Namun akhir-akhir ini beberapa perkebunan kelapa sawit telah memelihara burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus. Menempatkan satu sarang (gupon) burung hantu di perkebunan kelapa sawit seluas 25 ha dengan sepasang burung hantu dapat memangsa tikus ± 3000 ekor/tahun (Prawirosukarto et al.,2003).
Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.Burung hantu (Tyto alba) family Tytonidae merupakan predator tikus yang efektif. Dalam satu hari seekor burung hantu memakan tikus rata-rata satu ekor.Burung hantu mampu bertelur 3-11 butir dengan rata-rata 6-7 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai bisa terbang adalah 3 bulan  dan mencapai dewasa setelah 8 bulan.Burung ini biasanya bertelur pada bulan Juli dan November.(Lubis, Adlin U.1992. PPKS.Medan)
Sejak akhir tahun 1996 Perseroan telah memanfaatkan burung hantu Tyto alba sebagai agen hayati pengendalian hama tikus, hingga kini populasi Tyto alba telah mencapai 6.584 ekor (induk jantan + betina) yang telah mengokupasi seluas 98.760 ha areal Kelapa sawit, dengan cakupan luasan kebun sawit 113.777.04 ha (52.71% dari total luas areal kebun Perseroan). Sampai saat ini pengembangan Tyto alba terus dikembangkan ke lokasi kebun lain dan areal baru (Hendromuntarjo.Pengendalian Hama Tikus. Http.wordpress. 2008/01/17 9 pm).).
5. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia

            Klerat RM-B adalah rodentisida racun anti koagulan generasi baru yang menggabungkan keunggulan sifat-sifat racun akut dan anti koagulan, berbentuk umpan padatan, segi empat, berwarna hijau kebiru-biruan, berisi butiran beras, siap dipakai untuk mengendalikan tikus sawah Rattus argentiventer dan tikus semak Rattus tiomanicus. Klerat RM-B sangat aktif mengendalikan berbagai jenis tikus juga efektif terhadap tikus yang telah kebal terhadap racun anti koagulan lainnya. Daya toksisitas terhadap tikus sangat tinggi sehingga cukup dengan sekali makan umpan tanpa menimbulkan jera umpan. Berbahan aktif Bridivakum 0,005 % bersifat racun sistemik.
Bahan kimia yang digunakan biasanya adalah Rodentisida seperti Klerat     RM-B dll yang ada dipasaran dan gas beracun (belerang). Rodentisida digunakan dengan umpan yang disukai tikus seperti: beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Umpan beracun ada 2 jenis, yaitu yang siap pakai seperti; Klerat RM-B dan Umpan yang dibuat sendiri. (Hendromuntarjo.Pengendalian Hama Tikus. Http.wordpress. 2008/01/17 9 pm).).



D. Dampak Serangan Hama Tikus
Kerugian biaya
Untuk menyulam bibit-bibit yang rusak/mati, jika rusaknya banyak, bibit-bibit yang belum rusak dikumpulkan dan ditanam sendiri, sisanya dengan bibit baru (digeser/disisip). Tidak jarang bibit-bibit tidak ada yang dapat digunakan lagi, sehingga harus menanam ulang. Ini dapat berjalan 2 sampai dengan 3 kali, kadang-kadang sampai 5 kali atau lebih. Jenis pekerjaan ini  mengeluarkan biaya yang besar karena bibit yang sudah mati tersebut harus diganti dengan bibit yang baru, ini membuktikan bahwa serangan hama tikus merupakan serangan hama yang sudah mencapai ambang ekonomis.Biaya satu bibit kelapa sawit adalah Rp 15.000/ polybag dikali dengan jumlah bibit yang terserang hama tikus dalam beberapa luas areal kelapa sawit.
Kerugian produksi
Kerusakan yang tidak banyak, dengan sulaman tanaman menjadi tidak rata, jika dilakukan berulang kali lebih membuat umur tanaman menjadi berbeda-beda. Kerusakan pada pucuk menyebabkan tanaman tidak panjang selain menyebabkan siwilan. Serangan pada batang banyak tanaman roboh/putus sebelum waktunya ditebang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi daging buah atau mesocrap lebih dari 4 gram perhari sehingga kehilangan produksi mencapai 5 % dari produksi normal. Kebun kerasaaan PT Tolan Tiga Indonesia di kabupaten simalungun pada bulan juni 2009 menghadapi masalah yaitu serangan hama tikus yang mana hama tikus tersebut memakan buah mentah pada umur tanaman  5 tahun.Serangan ini tejadi di divisi atau afdeling tiga. Hasil sensus hama   menyatakan bahwa tingkat kerugian produksi minyak kelapa sawit ini mencapai            220 kg/ha/tahun yang mana terbagi dari beberapa blok tanaman.Analisa dari PPKS Medan  menyatakan bahwa tikus juga membawa berondolan ke sarangnya sehingga secara langsung dapat mengurangi produksi sampai 5 % atau lebih atau 240 kg minyak sawit/ha/tahun jika populasi tikus mencapai 306 ekor/ha


III  METODOLOGI PENELITIAN

A.     Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Kerasaan PT. Tolan Tiga Indonesia (SIPEF), Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Dimulai pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Juni 2011.

B.      Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kamera Digital dan alat tulis.Sedangkan bahan yang digunakan adalah data-data yang berkaitan dengan penggunaan biaya pengendalian hama tikus  ( Rattus sp).

C.    Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif, dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang  diperoleh langsung dari  Kebun Kerasaan PT. Tolan Tiga Indonesia (SIPEF)
D.    Pelaksanaaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dirangkum mejadi satu kegiatan, kegiatan tersebut adalah  pengumpulan data di kebun kerasaan Estate PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) Kabupaten Simalungun. Proses pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data – data di di stiple Chart atau data sensus hama tikus mulai tahun 2010 dan tahun 2011. Daerah sampelnya adalah di Blok M 17 dengan luas areal 23 ha dan di Blok N 6 luas areal 9 ha. Penentuan daerah sampel yaitu di Blok M 17 dengan tingkat serangan sekitar 7,37 % dan di Blok N 6 sekitar 8,75 % . Pada Blok M 17 pengendalian hama tikus yang digunakan adalah pengendalian hama tikus secara kimiawi yaitu menggunakan racun Klerat RM-B sedangkan pada Blok N 6 pengendalian hama tikus yang digunakan adalah pengendalian hama tikus secara hayati yaitu pemeliharaan Burung Hantu ( Tyto alba ).
E.     Pengamatan Penelitian
Pengamatan  penelitian akan dilakukan selama adanya tingkat serangan dengan urutan sebagai berikut :
1.      Penjelasan pengendalian hama tikus ( Rattus sp ) secara kimiawi dengan menggunakan Klerat RM-B dan penjelasan pengendalian hama tikus ( Rattus sp ) secara hayati dengan memelihara Burung Hantu ( Tyto alba ) di Kebun Kerasaan Estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF ) Kabupaten Simalungun.
2.      Uraian Perbandingan biaya pengendalian hama tikus ( Rattus sp) dengan menggunakan Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto alba).
3.      Menganalisa biaya penggunaan Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto alba) pada tanaman kelapa sawit, rotasi pemakaian, dan harganya.













BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Penggunaan Racun Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto alba) di kebun kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF ).
Beberapa teknik pengendalian hama tikus di perkebunan kelapa sawit salah satunya adalah teknik pengendalian hama tikus secara kimiawi  berbahan aktif Bridivakum 0,005 % yaitu penggunaan racun Klerat RM-B. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tingkat serangan hama tikus di kebun kerasaan dapat dikelompokan menjadi  dua yaitu tingkat serangan ringan dan berat pada tahun 2010 dan tahun 2011.

Tahun   tanam


Blok



Luas areal



Terserang ringan


Terserang berat



Pokok yang sehat

Total pokok



Persentase
serangan
%
2005
N 16
12 Ha
127
28
1501
1656
10,32
2005
M 17
23 Ha
152
66
2956
3174
7.37
2005
K 17
10 Ha
235
61
1084
1380
27,30
2006
K5
10 Ha
199
31
1150
1380
20
2006
K 8
9 Ha
-
41
1129
1170
3,63
2006
K 7
10 Ha
212
14
1154
1380
11,58
2006
L 7
10 Ha
190
15
1175
1380
17,44
2006
L  8
9  Ha
-
15
1271
1380
1,18
2006
K 15
10 Ha
-
109
1271
1380
8,57
2009
L 16
10 Ha
9
2
1369
1380
0,80
1997
N 6
9 Ha
25
75
1142
1242
8,75
1997
P 6
6 Ha
30
50
748
828
10,69
Keterangan :
Huruf dan angka yang tebal adalah sensus yang dilakukan tahun 2010
Huruf dan angka yang tidak tebal adalah sensus yang dilakukan tahun 2011
           

           
Dari data tabel 1 dapat dijelaskan bahwa tingkat serangan hama tikus ( Rattus sp ) yang paling tinggi di blok K17 dengan persentase serangan 27,30 % pada tahun 2011. Sedangkan di tahun 2010 tingkat serangan yang paling tinggi adalah di blok N6 dengan persentase serangan 8,75 %. Hal ini disebabkan karena minimnya sumber makanan di habitat hama tikus  sehingga hama tikus tersebut berpindah untuk mencari makanan dalam hal berkembang biak dan perpindahan hama tikus tersebut disebabkan juga  areal blok tanaman kelapa sawit  dekat dengan areal sawah yang pascapanen dan dekat dengan areal tanaman kelapa sawit yang sudah dilakukan peremajaan tanaman baru /replanting .
1.      Penggunaan racun Klerat RM-B
Penelitian dilakukan di Kebun kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) Kabupaten Simalungun tepatnya di divisi tiga dengan rata-rata  tahun tanam 2005,2006,2009 . Kerapatan populasi pokok setiap hektarnya adalah 138 pokok tanaman kelapa sawit  dengan luasan areal rata-rata 10 ha. Sebelum pengaplikasian racun Klerat RM-B ke blok tanaman sawit yang diserang hama tikus  disensus  terlebih dahulu dengan menggunakan Stiple chart /daftar sensus hama agar mengetahui berapa jumlah pokok yang diserang oleh hama tikus dengan cara menelusuri gawangan dan pasar pikul pada setiap pokok tanaman. Residu racun Klerat RM-B dapat bertahan sampai 2 minggu apabila tidak terjadi hujan.Dan apabila terjadi hujan hanya bertahan sampai 3 hari.
Tingkat serangan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu untuk tingkat serangan berat dengan aplikasi racun Klerat RM-B sebanyak 40 gram, tingkat serangan sedang aplikasi racun Klerat RM-B sebanyak 20 gram dan untuk tingkat serangan ringan aplikasi racun Klerat RM-B sebanyak 20 gram.Klerat RM-B diletakkan dengan ukuran 10 cm dari bonggolan (bole) tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan. Setelah tiga hari diaplikasikan maka harus dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui racun tersebut dimakan hama tikus atau tidak.
      Biaya satu kilogram  racun Klerat RM-B harganya adalah Rp 28.000,-/ kg       ( dua puluh delapan ribu rupiah ). Dengan dosis rotasi pemakaian apabila terjadi  serangan, dengan dosis 130 – 500 gram/ha pokok untuk tanaman kelapa sawit yang diserang hama tikus. Upah yang diberikan untuk mengendalikan hama tikus secara kimiawi  dengan menggunakan Klerat RM-B adalah Rp 5500,-/ha dengan jumlah tenaga kerja 1 blok = 4 Hk / Wd.
Berikut ini tabel analisis biaya penggunaan racun Klerat RM-B di Kebun Kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF )  bulan April 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Data analisis biaya penggunaan racun Klerat RM-B bulan April tahun 2011.
Uraian
Nama barang
Klerat RM-B
Unit




Persediaan yang  ada di gudang

Yang Digunakan


Persediaan yang sisa di gudang


Harga Racun Klerat RMB/kg
Bulan


Jumlah
(unit)
Total
(Rp)
Jumlah
(Unit)
Total
(Rp)
Jumlah
(unit)

Total
(Rp)


April
Kg
64,50
1.806.000
10
280.000
54,50
1.526.000


28.000

Dari data tabel 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa biaya penggunaan racun Klerat RM-B adalah berjumlah 10 Kg dengan total biaya pengaplikasian adalah        Rp 280.000,- pada bulan April tahun 2011 sehingga dapat diperoleh harga per Kg adalah Rp 28.000.Kebutuhan bahan racun Klerat RM-B didasarkan  persediaan  yang ada di gudang selama satu smester yaitu 64,50 Kg sehingga total biaya racun tersebut selama satu smester adalah Rp 1.806.000.Setelah aplikasi racun Klerat RM-B selesai dilakukan pada bulan april maka dilakukan pemeriksaan persediaan bahan racun tersebut  yang sisa digudang dengan jumlah racun yang sisa adalah 54,50 Kg sehingga total  biayanya adalah Rp 1.526.000 pada bulan April 2011.




Berikut adalah foto yang penulis ambil dari pengaplikasian racun Klerat  RM-B di Kebun Kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) :
            Gambar 2.Aplikasi Racun Klerat  RM-B di blok tanaman kelapa sawit
2.      Penggunaan Burung Hantu  (Tyto alba)
Pembuatan sarang – sarang buatan ( Gupon ) perlu dilakukan yang mana harus sesuai bagi burung hantu. Pemasangan gupon ini dilakukan pada tahun tanam 1997.. Hasil percobaan pada balai – balai penelitian dan di perkebunan PT. Tolan Tiga sendiri membuktikan bahwa mereka dapat berkembang biak dengan baik dalam sarang buatan.
Pembuatan gupon harus terlindung dari efek panas dengan pertimbangan :
  1. Burung hantu suka sarang yang terlindung.
  2. Bila lokasi sarang terbuka, burung hantu tidak akan mau datang.
  3. Telur burung hantu tidak dapat menetas bila lingkungan luar dan dalam sarang yang bersuhu panas.         
Pemasangan gupon dibuat pada tanaman yang menghasilkan umur 11 – 16 tahun dengan pertimbangan :
  1. Tanaman telah memiliki ketinggian batang  antara 4 – 5 meter sehingga sarang dapat ternaungi dari efek panas.
  2. Sarang tidak akan terganggu dari rencana replanting tanaman tua.

Prunning pelepah tanaman yang berdekatan pada sarang yang dibuat untuk menghindari terjadinya serangan dan pemangsaan telur burung oleh tikus, ular dan lainnya. Usahakan tiang penyangga sangat licin dan dicat minyak untuk menghindari hewan pemangsa naik ke gupon.
Berkut ini tabel analisa biaya pemasangan rumah burung hantu adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Biaya pemasangan rumah burung hantu ( Tyto alba) di kebun kerasaan        PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF).
Bahan
Alat

Biaya

Upah

Broti ukuran 4 x4 m
Martil
Tang
Rp 200.000,-


Papan 3 keping ukuran 80 x 60 cm
Gergaji


1 keping Rp 60.000,- X 3
 Rp 180.000,-
Dengan norma kerja 2 Wd /Hk Rp 200.000,-



Paku ukuran 3  inci  dan 1 inci



Rp 15.000,-


Seng 2 keping ukuran 80 x 60 cm

Rp 50.000,-




Cat minyak warna abu-abu gelap

1 kaleng harganya
Rp 25.000,-




Semen ½   sak

Rp 50.000,-


Engsel / kancing grendel


Rp 50.000,-






Jumlah biaya untuk bahan adalah :
Rp 560.000,-
Jumlah upah satu kali pembuatan   rumah burung   hantu   (Tyto alba) adalah: Rp200.000,-
Total biaya adalah
Rp 760.000,-
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui biaya untuk pembuatan sarang buatan / rumah burung hantu adalah sebagai berikut :
  Broti ukuran 4 x 4 m yang digunakan untuk pembuatan rumah burung hantu biayanya adalah  Rp 200.000,- untuk papan sebanyak 3 keping dengan ukuran 80 x 60 cm dengan harga 1 kepingnya    adalah Rp 60.000,- x 3 keping biayanya Rp 180.000,- untuk paku ukuran 3 inci dan 1 inci  biayanya adalah  Rp 15.000,- untuk seng ukuran 80 x 60 cm dengan harga 1 keping adalah Rp 25.000,- x 2 keping seng biayanya adalah Rp 50.000,- untuk cat minyak warna abu-abu  gelap biaya 1 kalengnya adalah Rp 25.000,- untuk biaya ½ sak semen biayanya adalah Rp 50.000,- untuk biaya engsel / kancing grendel adalah Rp 50.000,- jumlah biaya untuk semua bahan pembuatan gupon / rumah burung hantu adalah Rp 560.000,- sedangkan jumlah upah  satu kali pembuatan rumah burung hantu dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2  orang adalah biayanya Rp 200.000,- jadi  total biaya pembuatan gupon /sarang burung hantu untuk satu kali pembuatan adalah Rp 760.000,-
Dengan alat yang digunakan adalah martil, tang, dan gergaji. Dengan ketentuan bahwa tinggi dari tiang rumah burung hantu adalah 4 meter dari permukaan tanah yang mana pada saat ditegakkan harus disemen terlebih dahulu agar tidak mudah goyang.








Berikut adalah gambar pemasangan gupon / rumah burung hantu ( Tyto alba)  di kebun kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF). Pemasangan gupon atau rumah burung hantu di pasang di blok  N6  tepatnya di devisi tiga tahun tanam 1997.
Gambar 3.   Aplikasi pemasangan gupon/ rumah burung hantu  di blok                                                                               tanaman kelapa sawit di blok N 6 kebun kerasaan Estate PT Tolan Tiga Indonesia  ( SIPEF)

Pada areal kelapa sawit yang berbatasan dengan pemukiman dimana diketahui ada burung hantu, di pasang kotak sarang pada jarak 500 – 1000 meter. Apabila gupon telah dihuni, maka secara sistematis dipasang gupon dengan jarak lebih kurang 500 meter, Dengan pemasangan satu kotak rumah burung hantu lebih kurang 25 ha tanaman ( 1 blok). Introduksi burung hantu mungkin juga diperlukan untuk di daerah pengembangan baru atau kebun-kebun dimana burung hantu ditemukan. Observasi keberadaan burung hantu dalam 2 bulan dihitung persentasi dari total sarang yang ada.
Analisa dalam satu tahun  burung hantu ( Tyto alba ) memakan hama tikus rata-rata tiga ekor perhari sehingga rata-rata setahun adalah 1095 ekor. Sedangkan di tahun 2011 jumlah populasi hama tikus yang dimakan oleh burung hantu adalah 1460 dengan perhitungan rata- rata 365 hari kali 4  ekor hama tikus ( Rattus sp) adalah 1460 ekor hama tikus. Dengan asumsi bahwa di tahun 2011 lebih banyak populasi yang berkembang biak karena disebabkan areal kelapa sawit dekat dengan areal sawah yang telah pasca panen  dan areal kelapa sawit yang sudah di replanting sehingga banyak populasi hama tikus yang berpindah dari satu blok tanaman kelapa sawit  ke blok yang lain.
Berikut ini tabel analisa biaya penggunaan racun Klerat RM-B periode 2010 sampai dengan periode 2011 di kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia           ( SIPEF).
Tabel 4. Analisa biaya penggunaan racun Klerat RM-B Tahun 2010 dan tahun 2011.
TAHUN TANAM
BLOK

LUAS

Jumlah Racun Klerat RM-B yg digunakan
Jumlah racun yang dimakan hama tikus




BIAYA ( Kg /Rp ) + Biaya 4 Hk pd satu Blok  Rp 5500,- /Hk x 4 Hk      = Rp 22.000,-
BIAYA ( Kg / Rp )
2005
N 16
12 Ha
183
3,66  x 28.000
Rp 102.480 + Rp 22.000 = Rp 124.480
172
3,44 x 28.000 = Rp 96. 320
2005
M 17
23 Ha
284
5,68 x 28.000
Rp 159.040 + Rp 22.000 = Rp 181.080
259

5,18 x 28.000 Rp 145.040
2006
K 5
10 Ha
261
5,22 x 28.000
Rp 146.160 + Rp 22.000 = Rp 168.160
250
5 x 28.000     Rp140.000
2006
K 8
9 Ha
82

1,64 x 28.000
Rp 45.920 + Rp 22.000 = Rp 67.920
58
1,16 x 28.000 = Rp 32.480 
2006
K 7
10 Ha
240
4,8 x 28.000
Rp 134.400+ Rp 22.000 = Rp 156.400
200
4 x 28.000      = Rp 112.000
2006
L 7
10 Ha
220
4,4 x 28.000  
Rp 123.200 + Rp 22.000 = Rp 145.200
218
4,36 x 28.000 = Rp 122.080
2006
L 8
9 Ha
30
0,6 x 28.000  
Rp 16.800 + Rp 22.000 = Rp 38.800
25
0,5x 28.000   = Rp 14.000  
2006
K 15
10 Ha
218
4,36 x 28.000
 Rp 122.080 + Rp 22.000 = Rp 144.080
211
4,22 x 28.000 = Rp 118.160
2009
L 16
10 Ha
13
0.26 x 28.000
Rp 7.280   + Rp 22.000 = Rp 29.280
7
0,14 x 28.000 = Rp 3.920    



Berdasarkan Tabel 4 mengenai analisa biaya penggunaan racun Klerat RM-B tahun 2010 dan tahun 2011 dapat dihitung total biaya pengendalian hama tikus secara kimiawi adalah Rp 1.055.400.-.Sehingga jauh lebih mahal biayanya pengendalian hama tikus secara kimiawi dengan menggunakan racun Klerat RM-B  dibandingkan dengan penggunaan burung hantu ( Tyto alba ) karena burung hantu dalam beradaptasi harus dibuat sarang buatan atau gupon yang mana dalam penelitian ini penulis menemukan satu sarang buatan burung hantu di blok N 6 Devisi  tiga  sehingga perincian biaya pemnbuatan sarang burung hantu adalah                              Rp 760.000,-

2.       Uraian perbandingan biaya penggunaan Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto alba) pada tanaman kelapa sawit, rotasi pemakaian, dan harganya.
Klerat RM- B dan penggunaan burung hantu berfungsi untuk mengendalikan hama tikus (Rattus sp) dan berikut ini adalah uraian mengenai penggunaan Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto alba) selama penelitian di lapangan.











Tabel 5. Uraian perbandingan biaya penggunaan racun Klerat RM-B dan penggunaaan burung hantu ( Tyto alba ).
Uraian
Penggunaan Klerat    RM-B
Penggunaan burung  hantu (Tyto alba)
Lokasi penelitan
Blok M 17
Blok  N 6 dengan jangkauan sampai     blok P 6,blok O 5 dan        blok O 6
Luas ( ha)
23 Ha
Blok  N 6 = 9 ha
Blok  P 6  = 6 ha
Blok  O 5  = 6 ha
Blok  O 6  = 8 ha
Luas areal  = 29 Ha
Kerapatan pokok
138 / ha
138 / ha
Jumlah pokok seluruhnya
3174
4002
Tingkat serangan
7,37 %
10,69 %
Biaya / Harga bahan
Rp 28.000,- / Kg/ha x 23 ha = Rp 644.000
Rp 560.000
Rotasi

Apabila terjadi serangan

Setiap seminggu sekali dilakukan pengamatan burung hantu
Norma

4  Hk /blok
     2 hk
Biaya alat
Sarung tangan = Rp 22.000,-
      -



Upah (BHL)

Rp 5500,-x 4 Hk x 23  Ha      = Rp 506.000,-
Rp 200.000 / 2 Hk


Dosis

130 gr – 500 gr / ha

-

Jangkauan
-
Untuk 1 gupon rumah burung hantu jangkauan 29 ha.
Jumlah Hama Tikus Yang Mati Pertahun

1490 ekor

1460 ekor



Dari data tabel 5 diatas dapat dijelaskan uraian perbandingan biaya antara penggunaan racun Klerat RM-B di blok M 17 tahun tanam 2005 dengan pengunaan burung hantu di blok N 6 tahun tanam 1997 . Untuk 1 ha luas areal harga racun Klerat RM-B per kilo Rp 28.000,- / Kg/ha x 23 ha = Rp 644.000,-.Sedangkan pembuatan sarang burung hantu biayanya   Rp 760.000,- untuk satu kali pemasangan gupon. Jangkauan 1 gupon adalah  29 ha.
Norma untuk penggunaan racun Klerat RM-B adalah 1 blok = 4 Hk/ha. Sedangkan untuk pembuatan sarang burung hantu normanya adalah 2 Hk. Dengan alat pengaplikasiannya adalah sarung tangan dengan harga Rp 22.000,-/ 1 pasang untuk penggunaan racun Klerat RM-B.  Untuk pembuatan gupon / rumah burung hantu tidak dikenakan biaya alat dikarenakan hanya menggunakan alat seperti martil, tang dan gergaji. Upah buruh harian  lepas ( BHL ) untuk penggunaan racun Klerat RM-B     Rp 22.000 x 23 Ha = Rp 506.000 jadi upah BHL dalam 23  Ha adalah Rp 126.500   dan untuk upah  pembuatan sarang burung hantu adalah  Rp 200.000/ 2 Hk











            Dari hasil penelitian didapat bahwa biaya pengendalian hama tikus dengan menggunakan racun Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu ( Tyto alba ) saat pengaplikasiannya dilapangan adalah sebagai berikut :
3.      Analisa Perbandingan aplikasi biaya hama tikus dengan menggunakan racun Klerat RM-B di Blok M 17 dan Penggunaan burung hantu pada blok N 6
Tabel 6. Perbandingan biaya penggunaan racun Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu ( Tyto alba )
Jenis Pengeluaran
( Rp / Ha / Bulan)
Klerat RM-B
Burung hantu
(Tyto alba)


Fisik
Harga Satuan
( Rp )
Jumlah
( Rp )
Fisik
Harga Satuan
( Rp )
Jumlah
( Rp )
Bahan
1 Kg
28.000
644.000
7  bahan
560.000
560.000
Alat
4 Unit
22.000
88.000
3 Unit
-
-
Upah
4 Hk/1 Ha
   5.500 x 23 Ha = 126.500
22.000 x  23 Ha = 506.000
 
2Hk/gupon
100.000
200.000
Jumlah
Racun Klerat RM-B
X 23 Ha
Pemasangan  rumah
 burung hantu untuk
jangkauan 29 Ha
760.000


Aplikasi Racun Klerat RM-B untuk 1x serangan dalam 23 Ha
1.238.000

Berdasarkan tabel 6 diatas rotasi pemakaian Racun Klerat RM-B pada Blok  M 17 tergantung pada tingkat serangan hama tikus. Ini berarti untuk harga satuan dalam hal  membeli racun Klerat RM-B adalah Rp 28.000,-/Kg dan biaya bahan, alat dan upah per ha dalam pengaplikasian racun Klerat RM-B  adalah untuk bahan biaya yang dibutuhkan Rp 28.000,- x 23 Ha = Rp 644.000. Untuk alat yang dibutuhkan yaitu sarung tangan yang   biayanya adalah  4 unit x  Rp 22.000,- = Rp 88.000,- Sedangkan dalam hal pembuatan rumah burung hantu di blok N 6 dikenakan biaya bahan  Rp 560.000,-/ 1 gupon  dengan jangkauan 29 Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga bahan racun Klerat RM-B lebih mahal  dibandingkan penggunaan  burung hantu .
            Selain perbedaan diatas, ada juga perbedaan upah antara aplikasi racun Klerat RM-B di blok M 17 dengan pembuatan rumah burung hantu di blok N 6. Untuk itu, dibutuhkan buruh harian lepas dalam hal melakukan pekerjaan pengaplikasian racun Klerat RM-B pada blok tanaman yang terserang hama tikus. Jadi, dalam satu serangan hama tikus biaya pengaplikasian racun Klerat RM-B di lapangan adalah 4 Hk/blok dengan biaya Rp 22.000,-/4 Hk x 23 Ha = Rp 506.000,- yang berarti upah 1 Hk = Rp 5.500,-x 23 Ha =  Rp 126.500 . sedangkan  untuk biaya pembuatan rumah burung hantu upahnya adalah Rp 200.000,-/2 Hk yang berarti upah 1 Hk = Rp 100.000,- untuk sekali pembuatan rumah burung hantu ( Tyto alba ). Sehingga biaya upah penggunaan racun   Klerat RM-B lebih mahal daripada upah pembuatan rumah burung hantu.
            Maka berdasarkan hasil perhitungan yang didapat dari hasil penelitian disimpulkan bahwa biaya pengendalian hama tikus secara kimiawi lebih mahal daripada pengendalian secara hayati dengan menggunakan musuh alami hama tikus yaitu burung hantu. Kemudian dari segi lingkungan, pengendalian hama tikus secara kimiawi dapat merusak ekosistem perkembangbiakan musuh alami dari hama tikus. Berarti penggunaan racun Klerat RM-B harus dikondisikan dengan keadaan lingkungan sekitar agar populasi musuh alami dari hama tikus tetap terpelihara.










V . KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat penulis berikan kesimpulan adalah sebagai berikut :
1)       Biaya pengendalian hama tikus secara kimiawi lebih mahal  dibandingkan pengendalian hama tikus secara hayati. Dengan total biaya pengendalian secara kimiawi adalah Rp1.238.000,-. Sedangkan total biaya pengendalian secara hayati adalah  Rp 760.000,-  dengan jangkauan 29 ha.
2)      Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan racun Klerat RM-B dengan dosis 40 gram pada tingkat serangan berat lebih efektif dalam  mengendalikan hama tikus ( Rattus sp ) mempunyai tingkat daya bunuh hama tikus yang tinggi yaitu 1490 ekor hama tikus / tahun dibandingkan  pengendalian hama tikus secara hayati dengan menggunakan burung hantu ( Tyto alba) dengan rata-rata dapat membunuh hama tikus 1460 ekor     per tahun.
Saran
1)      Pengendalian hama tikus sebaiknya melakukan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu menggabungkan antara pengendalian hama tikus secara kimiawi dengan pengendalian hama tikus secara hayati agar populasi hama tikus dapat menurun. Sehingga produktivitas tanaman dapat terpelihara dengan baik.
2)      Proses pengendalian hama tikus ini sebaiknya tidak terlalu berlebihan menggunakan racun Klerat RM-B secara kimiawi karena dapat merusak ekosistem lingkungan hidup seperti matinya musuh alami dari hama tikus misalnya burung hantu, ular dan juga kucing hutan.




Lampiran 1. Data Efektifitas pengendalian tikus dengan menggunakan racun  Klerat RM-B di kebun kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) tepatnya di devisi tiga  periode  April, Mei, dan Juni 2011.

Tahun   tanam


Blok



Luas areal



Terserang ringan


Terserang berat



Pokok yang sehat

Total pokok



Jumlah Klerat    RM-B Yang digunakan

Jumlah racun yang dimakan oleh hama tikus
2006
K 5
10 Ha
199
31
1150
1380
261
250
2006
K 8
9 Ha
-
41
1129
1170
82
58
2009
L 16
10 Ha
9
2
1369
1380
13
7
2005
N I6
12 Ha
127
28
1501
1656
183
172
2005
M 17
23 Ha
152
66
2956
3174
284
259
2006
K 7
10 Ha
212
14
1154
1380
240
200
2005
K 17
10 Ha
235
61
1084
1380
357
326
2006
L 7
10 Ha
190
15
1175
1380
220
218

1646
1490
Sumber data : Kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF )
















Lampiran 2. Data Efektifitas pengendalian tikus dengan menggunakan racun  Klerat RM-B di kebun kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) tepatnya di devisi tiga  periode 2010.
Tahun   tanam                            

Blok


Luas areal


Terserang ringan

Terserang berat


Pokok yang sehat
Total pokok


Jumlah Klerat RM-B Yang digunakan
Jumlah racun yang dimakan oleh hama tikus
2006
L8
9 Ha
-
15
1227
1242
30
25
2006
K5
10 Ha
-
109
1271
1380
218
211

248
236
Sumber data : Kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF )


Lampiran 3. Data efektifitas penggunaan burung hantu 2010 -2011
Tahun
tanam

Tahun

Blok


Luas areal


Terserang ringan
( Pokok)
Terserang berat
( Pokok)

Pokok yang sehat
Total pokok


Jumlah Hama tikus yang dimakan oleh burung hantu pertahun            ( ekor)
1997
2010
P6
6 Ha
30
50
748
828
1095
1997
2011
N6
9 Ha
25
75
1142
1242
1460
Sumber data : Kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF )



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar