I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kelapa
sawit pertama sekali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial
Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan
kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien
Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di
Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh
K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. (Lubis,A.U.2008. Medan).
Secara umum penguasaan
lahan perkebunan kelapa sawit untuk
tahun 2011 didominasi oleh perkebunan milik rakyat, kemudian diurutan kedua
perkebunan milik swasta, dan diurutan ketiga perkebunan milik Negara. Dengan demikian areal perkebunan kelapa sawit
Indonesia tumbuh rata-rata 11 % per tahun. Dimana perkebunan rakyat tumbuh 11.6
% pertahun, perkebunan Negara tumbuh 5,4 % pertahun, dan perkebunan swasta ( pengusaha
nasional dan asing ) tumbuh 12,8 % pertahun.Lahan sawit rakyat tahun 2011 ada
3,8 juta ha ( 48 %) ,BUMN 617 ribu ha (
7%), dan swasta 3,2 juta ha (45 %). (Sumber informasi Koran Analisa tanggal 23
Mei 2011). Para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit
mengembangkan usahanya baik secara usaha mikro maupun usaha skala makro. Di
dalam skala makro perusahaan perkebunan mempunyai tujuan diantaranya
merencanakan pengembangan luas areal dan
skala mikro diantaranya pengembangan sumber daya genetik atau pengembangan
bahan tanam kelapa sawit. Kemudian keuntungan dalam melakukan usaha perkebunan
kelapa sawit nilai ekonomi cukup tinggi karena para investor menginvestasikan
modalnya untuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
Beberapa
permasalahan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit adalah serangan hama dan
penyakit tanaman. Hama yang sering mengganggu tanaman
kelapa sawit adalah salah
satunya jenis hama mamalia. Hama tanaman dari golongan mamalia yaitu kelelawar (Pterepus vampyrus), bajing/tupai (Callosciurus notatusi), tikus (Rattus Rattus argentiventer), musang (Paradoxurus hermaphrodites), babi hutan,
kera, dan gajah. Serangan hama-hama inilah yang merupakan kendala yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan tanaman di dalam sektor perkebunan.
Di dalam usaha
pengendalian hama perusahaan harus mengambil tindakan atau keputusan yang tepat
terhadap pengelolaan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik
sesuai dengan kriteria tanaman sehat. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama
merupakan ancaman bagi keberhasilan pengelolaaan penanaman tanaman kelapa sawit
yang nantinya akan berpengaruh kepada produktivitas dan produksi TBS (fruit
fresh brunch).
B.
Perumusan Masalah
Serangan tikus menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi
lambat tumbuhnya dan dapat menurunkan produktivitas dari tanaman. Untuk itu
dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu dengan menggunakan Klerat RM-B Berbahan
aktif Bridivakum 0,005 % untuk menekan populasi dari hama tikus
serta pengendalian hayati dengan
menggunakan musuh alami dari hama tikus yaitu burung hantu (Tyto alba) sehingga populasi
hama tikus dapat menurun.
C.
Tujuan Penelitian
Adapun yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji biaya pengendalian
hama tikus (Rattus sp) secara kimiawi
dan hayati.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi untuk pengendalian
hama tikus di perkebunan kelapa sawit.
2. Sebagai bahan informasi bagi pembuat kebijakan.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak - pihak
yang membutuhkan
E.
Batasan penelitian
Penelitian
dilakukan di Kebun Kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) pada tanaman
menghasilkan (TM) tahun tanam 2005 di Blok M17 dan tahun tanam 1997
di Blok N 6.
II .TINJAUAN PUSTAKA
A. Siklus Hidup Tikus ( Rattus sp).
Tikus adalah salah satu hama penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit, serangan hama tikus di tanaman kelapa sawit yang
membahayakan pada tanaman belum menghasilkan
( TBM ) di bandingkan pada tanaman menghasilkan. Bila yang diserang
pada tanaman belum menghasilkan pertumbuhan tanaman akan melambat karena
hama tikus menyerang titik tumbuh atau
daun tombak tanaman kelapa sawit.
Tikus
merupakan hama utama dalam perkebunan kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan
yang merugikan, baik pada TBM maupun TM. Pada tanaman TBM dapat menyebabkan
kehilangan tanaman sampai 90 % sedangkan tanaman TM kehilangan minyak CPO
mencapai 3 - 5 % per hektar/tahun apabila tidak ada pengendalian.
Spesies tikus yang paling dikenal adalah
mencit ( Mus sp) serta tikus got (Ratttus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara serta
merupakan hewan yang populer untuk di pelihara. Tikus dapat berproduksi pada usia 2
- 3 bulan dan masa kehamilan 19-21 hari. Seekor tikus betina bisa melahirkan 5
- 10 ekor setiap kelahiran dan dalam setahun bisa melahirkan 5 - 10 kali dengan perbandingan
jantan dan betina: 50% : 50%. Mereka
akan kawin lagi setelah 48 jam setelah melahirkan. Dengan perbandingan ini,
sepasang tikus bisa menghasilkan
keturunan atau regenerasi populasi sebanyak 10.000 sampai dengan 15.000
ekor hama tikus pertahunnya.
Gambar 1. Siklus Hidup Hama
Tikus (Rattus sp)
Populasi
tikus hidup dan berkembang tergantung dari tersedianya makanan di lapangan dan
tempat persembunyian. Untuk dapat berkembang biak perlu makanan yang banyak
mengandung tepung. Pada musim kering jika air kurang, tkus kebutuhannya dengan
memakan makanan yang banyak mengandung air.
Pada umumya
tikus menyukai hidup di lubang-lubang bawah tanah. Sarang dibuat biasanya
mempunyai lebih dari satu pintu. Pintu utama untuk jalan keluar dan masuk
setiap hari dan pintu darurat yang digunakan dalam keadaan membahayakan.
Misalnya pada saat dikejar predator ataupun pada saat gropoyokan tikus akan
keluar dari pintu yang susah dijangkau. Pintu darurat ini disamarkan dengan
cara ditutupinya dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari
berkelok-kelok.
Adapun klasifikasi hama tikus
perkebunan kelapa sawit adalah :
Sub filum :
Vertebrata (bertulang belakang)
Phylum :
Chordata
klas :
Mamalia (menyusui)
Ordo :
Rodentia (hewan pengerat)
Famili :
Muridae
Genus :
Rattus-rattus
Spesies :
Rattus sp
Perkembangbiakan tikus
sangat cepat, umur 1,5 – 5 bulan sudah dapat berkembangbiak, setelah hamil 21
hari, setiap ekor dapat melahirkan 6 - 8 ekor anak, 21 hari kemudian pisah
dari induknya dan setiap tahun seekor tikus dapat melahirkan 4 kali. Populasi tikus tergantung persediaan makanan dan
tempat persembunyiannya. Untuk dapat berkembang biak perlu makan yang banyak mengandung
tepung. Dalam kondisi yang tidak terkendali populasi tikus
dapat mencapai 300 ekor / ha.
Breeding awal adalah sekitar 50 hari
usia di kedua betina dan jantan, meskipun mungkin betina estrus tama mereka
pada 25-40 hari. Mencit polyestrous dan berkembang biak sepanjang tahun ovulasi
spontan. Lamanya siklus estrus 4-5 hari dan estrus itu sendiri berlangsung
sekitar 12 jam terjadi di malam hari.
B. Gejala serangan
Tikus pada tanaman muda menyerang titik tumbuh atau umbut yang dimakannya
menyebabkan tanaman mati. Kematian ini dapat mencapai 20 % atau lebih sehingga
harus disulam yang sudah tentu memakan biaya yang tinggi dan tertundanya
sebagian tanaman untuk mulai dipanen pada tanaman menghasilkan tikus akan memakan
atau mengerat bunga, buah muda, maupun buah yang lebih tua. Keratan tikus pada buah dapat menyebabkan
peningkatan asam lemak bebas (ALB). Bunga yang diserang akan menyebabkan persentase bua pada tandan menjadi
rendah. Serangan pada bunga sering terjadi
pada musim kering (kemarau).
Bibit bagal / pucuk yang baru ditanam dikerat
batangnya dengan/tanpa mata dirusak, hanya jika kurang dalam menanamnya bibit
jadi terbuka sehingga lekas mati karena cara memakannya dengan menarik-narik.
Bibit yang sudah tumbuh/rayungan dimakan
di atas tanah, daun dan pupus menjadi layu dan kering, tanaman patah. Jika
kurang dalam titik tumbuh turut rusak, maka tanaman akan mati. Jika titik
tanaman tersebut tidak rusak, maka tanaman dapat tumbuh lagi. Tanaman yang
pernah diserang daun - daunnya kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul.
Pada tanaman umur 2 – 3 bulan, daun-daun kelihatan
seperti dipangkas dengan pisau tumpul. Pada tanaman yang sudah besar yang
mencapai tinggi 2 m atau lebih, kerusakan dapat di dalam tanah, di atas tanah,
dan di pucuk. Pada bagian tanaman di bawah tanah, akar rusak, daun menjadi
layu, kuning kemudian kering. Tanaman mudah dicabut jika sudah mati. Pada ruas
kerusakan ditemukan pada ruas ke- 5 sampai dengan ke- 9, tanaman mudah patah.
Kerusakan pada pucuk terjadi lebih dari 25 – 35 cm di bawah sendi daun ialah
pada tempat-tempat yang ruasnya lemah karena masih muda sekali kadang-kadang di
sekitar titik tumbuh.
Kerusakan
tersebut dapat mengakibatkan patahnya pucuk, jika hal ini meliputi areal yang
luas dapat terlihat jelas dari jauh karena menyerupai semacam atap.
C. Metode Pengendalian Hama Tikus (Rattus sp)
Adapun beberapa pengendalian hama Tikus adalah sebagai
berikut:
1. Pengendalian tikus secara kultur teknis
(Rodentstop Service).
a. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah
tidak adanya celah yang memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang
pembuangan air, atau dari bawah saluran air. Kami akan merekomendasikan kepada
klien bila dijumpai adanya celah masuk tikus untuk di proofing/ditutup biasanya
dengan jaring kawat pada area pembuangan air.
b. Sanitation
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang
baik dan bisa menjadi factor penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus
atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan
oleh klien.
c. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus
menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka panjang menimbulkan tikus
jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat
yang sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah. Penempatan Rodent Bait
dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus dari dalam sarang ke
luar, atau ketempat yang tidak sensitif, seperti area parkir/garden, setelah
itu baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni
tikus nying-nying (mice/Mus musculus),
umpan ditempatkan di dalam.
Keraguan akan adanya
resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi penempatan umpan untuk
setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan pada suatu lokasi
dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah
tenaga serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah
(housing), Mall, industri (pergudangan), RS, Hotel/Apartemen. Dalam
pengendalian hama tikus kita menganut konsep pengendalian hama terpadu yaitu
sistem pengendalian populasi yang memanfaatkan secara terpadu untuk menurunkan
populasi dan mempertahankannya dibawah batas ambang ekonomi.
Untuk memperoleh hasil
yang baik dalam pengendalian hama tikus perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
-
Perlu pengorganisasian yang baik
-
Meliputi daerah yang luas
- Dilaksanakan secara massal
-
Serentak
Berulangkali
dilakukan sampai populasi di bawah batas yang menyebabkan kerugian ekonomis .
Sanitasi Tanaman dan Lingkungan yaitu membersihkan semak-semak dan rerumputan,
membongkar liang dan sarang serta tempat perlindungan lainnya.
2. Pengendalian hama terpadu (PHT)
Pengendalian hayati
adalah taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan
memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan
populasi hama. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk
memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang
merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai
pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh
pengendalian alami dan keseimbangan
ekosistem. (http://widyariska.blogspot.com 2008/01/17
9 pm).
Kemudian pengendalian
secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan hama tanaman
menggunakan zat kimia pembasmi hama tanaman yaitu pestisida. Definisi dari pestisida, ”pest” memiliki arti hama,
sedangkan “cide” berarti membunuh. Sering disebut “pest killing agent”. Dalam
pengendalian hama secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.
(http://widyariska.blogspot.com 2008/01/17 9 pm)
Dengan
kata lain sistem PHT ini adalah suatu sistem/metode pengendalian dengan
mengkombinasikan/menggabungkan beberapa proses pengendalian, yaitu baik pengendalian secara
kimiawi maupun pengendalian secara agensia hayati dengan menggunakan musuh alami dari tikus (Rattus sp)
yaitu burung hantu (Tyto alba), Ular, dan kucing hutan. Sedangkan pegendalian
secara kimiawi adalah dengan menggunakan Klerat RM-B dan Rait Bait. Di dalam pengendalian hama tikus (
Rattus sp) kita juga harus memikirkan
berapa anggaran biaya yang kita keluarkan
baik pengendalian secara kimiawi maupun secara agensia hayati. Namun demikian anggaran
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi harapan / espektasi.
3. Pengendalian Mekanis
Meliputi semua cara
pengendalian yang secara langsung membunuh tikus dengan pukulan, diburu anjing,
menggunakan perangkap, dsb. Cara ini akan berhasil bila diorganisir dengan baik
dan dilakasanakan serentak, sebagai contoh adalah pemasangan perangkap dengan
menggunakan bambu dengan panjang antar 1,5 – 2 meter yang salah satu ujungnya
dibiarkan tertutup dan ujung lainnya dilubangi. Pemasangan dilakukan sore hari
ditempat yang biasa dilalui tikus didekat pamatang diharapkan tikus akan masuk
lubang dan sembunyi, dan pagi diambil dengan terlebih dahulu ujung yang terbuka
dimasukkan kedalam karung goni dibunuh.
(Hendromuntarjo.Pengendalian Hama Tikus.
Http.wordpress. 2008/01/17 9 pm).
4. Pengendalian
Biologis/agensia hayati
Dengan
memanfaatkan musuh alami (predator) yang menghambat populasi tikus seperti
ular, kucing, dan burung hantu (Tyto
alba). Adapun keuntungan dari pemeliharaan burung hantu adalah karena
predator dari tikus ini aktif pada malam hari untuk mencari makanan. Sama halnya seperti tikus yang juga
aktif mencari makanan pada malam hari. Namun akhir-akhir ini beberapa perkebunan kelapa sawit telah memelihara
burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus. Menempatkan satu
sarang (gupon) burung hantu di perkebunan kelapa sawit seluas 25 ha dengan
sepasang burung hantu dapat memangsa tikus ± 3000 ekor/tahun (Prawirosukarto et
al.,2003).
Penggunaan
burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama
tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya
pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan
penanggulangan tikus secara kimiawi.Burung hantu (Tyto alba) family Tytonidae merupakan predator tikus yang efektif.
Dalam satu hari seekor burung hantu memakan tikus rata-rata satu ekor.Burung
hantu mampu bertelur 3-11 butir dengan rata-rata 6-7 butir. Waktu yang
dibutuhkan untuk sampai bisa terbang adalah 3 bulan dan mencapai dewasa setelah 8 bulan.Burung
ini biasanya bertelur pada bulan Juli dan November.(Lubis, Adlin U.1992.
PPKS.Medan)
Sejak akhir tahun 1996
Perseroan telah memanfaatkan burung hantu Tyto
alba sebagai agen hayati pengendalian hama tikus, hingga kini populasi Tyto alba telah mencapai 6.584 ekor
(induk jantan + betina) yang telah mengokupasi seluas 98.760 ha areal Kelapa
sawit, dengan cakupan luasan kebun sawit 113.777.04 ha (52.71% dari total luas
areal kebun Perseroan). Sampai saat ini pengembangan Tyto
alba terus dikembangkan ke lokasi kebun lain
dan areal baru (Hendromuntarjo.Pengendalian Hama Tikus.
Http.wordpress. 2008/01/17 9 pm).).
5. Pengendalian
dengan menggunakan bahan kimia
Klerat RM-B adalah rodentisida racun anti koagulan generasi baru yang menggabungkan keunggulan sifat-sifat racun akut dan anti koagulan, berbentuk umpan padatan, segi empat, berwarna hijau kebiru-biruan, berisi butiran beras, siap dipakai untuk mengendalikan tikus sawah Rattus argentiventer dan tikus semak Rattus tiomanicus. Klerat RM-B sangat aktif mengendalikan berbagai jenis tikus juga efektif terhadap tikus yang telah kebal terhadap racun anti koagulan lainnya. Daya toksisitas terhadap tikus sangat tinggi sehingga cukup dengan sekali makan umpan tanpa menimbulkan jera umpan. Berbahan aktif Bridivakum 0,005 % bersifat racun sistemik.
Bahan kimia yang
digunakan biasanya adalah Rodentisida seperti Klerat RM-B
dll yang ada dipasaran dan gas beracun (belerang). Rodentisida digunakan dengan
umpan yang disukai tikus seperti: beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Umpan
beracun ada 2 jenis, yaitu yang siap pakai seperti; Klerat RM-B dan Umpan yang
dibuat sendiri.
(Hendromuntarjo.Pengendalian Hama Tikus.
Http.wordpress. 2008/01/17 9 pm).).
D. Dampak Serangan Hama Tikus
Kerugian biaya
Untuk menyulam bibit-bibit yang rusak/mati, jika
rusaknya banyak, bibit-bibit yang belum rusak dikumpulkan dan ditanam sendiri,
sisanya dengan bibit baru (digeser/disisip). Tidak jarang bibit-bibit tidak ada
yang dapat digunakan lagi, sehingga harus menanam ulang. Ini dapat berjalan 2
sampai dengan 3 kali, kadang-kadang sampai 5 kali atau lebih. Jenis pekerjaan
ini mengeluarkan biaya yang besar karena
bibit yang sudah mati tersebut harus diganti dengan bibit yang baru, ini
membuktikan bahwa serangan hama tikus merupakan serangan hama yang sudah
mencapai ambang ekonomis.Biaya satu bibit kelapa sawit adalah Rp 15.000/
polybag dikali dengan jumlah bibit yang terserang hama tikus dalam beberapa
luas areal kelapa sawit.
Kerugian produksi
Kerusakan yang tidak banyak, dengan sulaman tanaman
menjadi tidak rata, jika dilakukan berulang kali lebih membuat umur tanaman
menjadi berbeda-beda. Kerusakan pada pucuk menyebabkan tanaman tidak panjang
selain menyebabkan siwilan. Serangan pada batang banyak tanaman roboh/putus
sebelum waktunya ditebang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor
tikus dapat mengkonsumsi daging buah atau mesocrap lebih dari 4 gram perhari
sehingga kehilangan produksi mencapai 5 % dari produksi normal. Kebun kerasaaan
PT Tolan Tiga Indonesia di kabupaten simalungun pada bulan juni 2009 menghadapi
masalah yaitu serangan hama tikus yang mana hama tikus tersebut memakan buah
mentah pada umur tanaman 5
tahun.Serangan ini tejadi di divisi atau afdeling tiga. Hasil sensus hama menyatakan bahwa tingkat kerugian produksi
minyak kelapa sawit ini mencapai
220 kg/ha/tahun yang mana terbagi dari beberapa blok tanaman.Analisa
dari PPKS Medan menyatakan bahwa tikus
juga membawa berondolan ke sarangnya sehingga secara langsung dapat mengurangi
produksi sampai 5 % atau lebih atau 240 kg minyak sawit/ha/tahun jika populasi
tikus mencapai 306 ekor/ha
III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan
waktu penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Kebun Kerasaan PT. Tolan
Tiga Indonesia (SIPEF), Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Dimulai
pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Juni 2011.
B. Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kamera Digital dan alat tulis.Sedangkan bahan yang digunakan adalah data-data yang berkaitan dengan penggunaan biaya
pengendalian hama tikus ( Rattus sp).
C.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
analisa deskriptif, dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperoleh langsung dari Kebun Kerasaan PT. Tolan
Tiga Indonesia (SIPEF)
D. Pelaksanaaan
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian dirangkum mejadi satu kegiatan, kegiatan tersebut adalah pengumpulan data di kebun kerasaan Estate PT
Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) Kabupaten Simalungun.
Proses
pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data – data di di
stiple Chart atau data sensus hama tikus mulai tahun 2010 dan tahun 2011.
Daerah sampelnya adalah di Blok M 17 dengan luas areal 23 ha dan di
Blok N 6 luas areal 9 ha. Penentuan daerah sampel yaitu di Blok M 17 dengan tingkat serangan sekitar 7,37 %
dan di Blok N 6 sekitar 8,75 % . Pada Blok M 17 pengendalian hama tikus yang digunakan
adalah pengendalian hama tikus secara kimiawi yaitu menggunakan racun Klerat
RM-B sedangkan pada Blok N 6 pengendalian hama tikus yang digunakan adalah
pengendalian hama tikus secara hayati yaitu pemeliharaan Burung Hantu ( Tyto alba ).
E. Pengamatan Penelitian
Pengamatan penelitian akan dilakukan selama adanya
tingkat serangan dengan urutan sebagai berikut :
1. Penjelasan pengendalian hama tikus ( Rattus sp )
secara kimiawi dengan menggunakan Klerat RM-B dan penjelasan pengendalian hama
tikus ( Rattus sp ) secara hayati dengan memelihara Burung Hantu ( Tyto alba ) di Kebun Kerasaan Estate PT
Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF ) Kabupaten Simalungun.
2. Uraian
Perbandingan biaya pengendalian hama
tikus ( Rattus sp) dengan menggunakan
Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto
alba).
3. Menganalisa biaya penggunaan Klerat RM-B dan
penggunaan burung hantu (Tyto alba)
pada tanaman kelapa sawit, rotasi pemakaian, dan harganya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Penggunaan Racun Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto alba) di kebun kerasaan PT
Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF ).
Beberapa teknik pengendalian
hama tikus di perkebunan kelapa sawit salah satunya adalah teknik pengendalian
hama tikus secara kimiawi berbahan aktif
Bridivakum 0,005 % yaitu penggunaan racun Klerat RM-B.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tingkat serangan hama tikus di kebun
kerasaan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu
tingkat serangan ringan dan berat pada tahun 2010 dan tahun 2011.
Tabel 1. Tingkat serangan hama tikus pada tahun 2010 dan
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Tahun tanam
|
Blok
|
Luas areal
|
Terserang ringan
|
Terserang berat
|
Pokok yang sehat
|
Total pokok
|
Persentase
serangan
%
|
2005
|
N 16
|
12 Ha
|
127
|
28
|
1501
|
1656
|
10,32
|
2005
|
M 17
|
23 Ha
|
152
|
66
|
2956
|
3174
|
7.37
|
2005
|
K 17
|
10 Ha
|
235
|
61
|
1084
|
1380
|
27,30
|
2006
|
K5
|
10 Ha
|
199
|
31
|
1150
|
1380
|
20
|
2006
|
K 8
|
9 Ha
|
-
|
41
|
1129
|
1170
|
3,63
|
2006
|
K 7
|
10 Ha
|
212
|
14
|
1154
|
1380
|
11,58
|
2006
|
L 7
|
10 Ha
|
190
|
15
|
1175
|
1380
|
17,44
|
2006
|
L 8
|
9 Ha
|
-
|
15
|
1271
|
1380
|
1,18
|
2006
|
K 15
|
10 Ha
|
-
|
109
|
1271
|
1380
|
8,57
|
2009
|
L 16
|
10 Ha
|
9
|
2
|
1369
|
1380
|
0,80
|
1997
|
N 6
|
9 Ha
|
25
|
75
|
1142
|
1242
|
8,75
|
1997
|
P 6
|
6 Ha
|
30
|
50
|
748
|
828
|
10,69
|
Keterangan :
Huruf dan angka yang tebal adalah sensus yang dilakukan tahun 2010
Huruf dan angka yang tidak tebal adalah sensus yang dilakukan tahun 2011
Dari data
tabel 1 dapat dijelaskan bahwa tingkat serangan hama tikus ( Rattus sp ) yang paling tinggi di blok K17
dengan persentase serangan 27,30 % pada tahun 2011.
Sedangkan di tahun 2010 tingkat serangan yang paling
tinggi adalah di blok N6 dengan persentase serangan 8,75 %. Hal ini disebabkan
karena minimnya sumber makanan di habitat hama tikus sehingga hama tikus tersebut berpindah untuk
mencari makanan dalam hal berkembang biak dan perpindahan hama tikus tersebut
disebabkan juga areal blok tanaman kelapa
sawit dekat dengan areal sawah yang
pascapanen dan dekat dengan areal tanaman kelapa sawit yang sudah dilakukan
peremajaan tanaman baru /replanting .
1.
Penggunaan racun Klerat RM-B
Penelitian dilakukan
di Kebun kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) Kabupaten Simalungun tepatnya
di divisi tiga dengan rata-rata tahun
tanam 2005,2006,2009 . Kerapatan
populasi pokok setiap hektarnya adalah 138 pokok tanaman kelapa sawit dengan luasan areal rata-rata 10 ha.
Sebelum pengaplikasian racun Klerat RM-B ke blok
tanaman sawit yang diserang hama tikus disensus
terlebih dahulu dengan menggunakan Stiple chart /daftar sensus hama agar
mengetahui berapa jumlah pokok yang diserang oleh hama tikus dengan cara
menelusuri gawangan dan pasar pikul pada setiap pokok tanaman. Residu racun
Klerat RM-B dapat bertahan sampai 2 minggu apabila tidak terjadi hujan.Dan
apabila terjadi hujan hanya bertahan sampai 3 hari.
Tingkat
serangan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu untuk tingkat serangan berat
dengan aplikasi racun Klerat RM-B sebanyak 40 gram, tingkat serangan sedang aplikasi racun Klerat RM-B
sebanyak 20 gram dan
untuk tingkat serangan ringan aplikasi racun Klerat RM-B sebanyak 20 gram.Klerat
RM-B diletakkan dengan ukuran 10 cm dari bonggolan (bole) tanaman kelapa sawit yang
sudah menghasilkan. Setelah
tiga hari diaplikasikan maka harus dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui
racun tersebut dimakan hama tikus atau tidak.
Biaya
satu kilogram racun Klerat RM-B harganya
adalah Rp 28.000,-/ kg ( dua puluh delapan ribu rupiah ).
Dengan dosis rotasi pemakaian
apabila terjadi
serangan, dengan
dosis 130 – 500 gram/ha pokok untuk tanaman kelapa sawit yang diserang hama tikus. Upah
yang diberikan untuk mengendalikan hama tikus secara kimiawi dengan menggunakan Klerat RM-B adalah Rp
5500,-/ha dengan jumlah tenaga kerja 1 blok = 4 Hk / Wd.
Berikut ini
tabel analisis biaya penggunaan racun Klerat RM-B di Kebun Kerasaan PT Tolan
Tiga Indonesia ( SIPEF ) bulan April
2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Data analisis biaya penggunaan racun Klerat
RM-B bulan April tahun 2011.
Uraian
Nama barang
Klerat RM-B
|
Unit
|
Persediaan yang ada di gudang
|
Yang Digunakan
|
Persediaan yang sisa di gudang
|
Harga
Racun Klerat RMB/kg
|
|||
Bulan
|
|
Jumlah
(unit)
|
Total
(Rp)
|
Jumlah
(Unit)
|
Total
(Rp)
|
Jumlah
(unit)
|
Total
(Rp)
|
|
April
|
Kg
|
64,50
|
1.806.000
|
10
|
280.000
|
54,50
|
1.526.000
|
28.000
|
Dari data
tabel 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa biaya penggunaan racun Klerat RM-B
adalah berjumlah 10 Kg dengan total biaya pengaplikasian adalah Rp
280.000,- pada bulan April tahun 2011 sehingga dapat diperoleh harga per Kg
adalah Rp 28.000.Kebutuhan
bahan racun Klerat RM-B didasarkan
persediaan yang ada di gudang
selama satu smester yaitu 64,50 Kg sehingga total biaya racun tersebut selama
satu smester adalah Rp 1.806.000.Setelah aplikasi racun Klerat RM-B selesai dilakukan
pada bulan april maka dilakukan pemeriksaan persediaan bahan racun
tersebut yang sisa digudang dengan
jumlah racun yang sisa adalah 54,50 Kg sehingga total biayanya adalah Rp 1.526.000
pada bulan April 2011.
Berikut
adalah foto yang penulis ambil dari pengaplikasian racun Klerat RM-B di Kebun Kerasaan PT Tolan Tiga
Indonesia (SIPEF) :
Gambar
2.Aplikasi Racun Klerat RM-B di blok
tanaman kelapa sawit
2. Penggunaan
Burung Hantu (Tyto alba)
Pembuatan
sarang – sarang buatan ( Gupon ) perlu dilakukan yang mana harus sesuai bagi
burung hantu. Pemasangan gupon ini dilakukan pada tahun tanam 1997.. Hasil
percobaan pada balai – balai penelitian dan di perkebunan PT. Tolan Tiga
sendiri membuktikan bahwa mereka dapat berkembang biak dengan baik dalam sarang
buatan.
Pembuatan
gupon harus terlindung dari efek panas dengan pertimbangan :
- Burung hantu suka sarang yang terlindung.
- Bila lokasi sarang terbuka, burung hantu tidak akan mau datang.
- Telur burung hantu tidak dapat menetas bila lingkungan luar dan
dalam sarang yang bersuhu panas.
Pemasangan gupon dibuat pada
tanaman yang menghasilkan umur 11 – 16 tahun dengan pertimbangan :
- Tanaman telah memiliki ketinggian batang antara 4 – 5 meter sehingga sarang dapat
ternaungi dari efek panas.
- Sarang tidak akan terganggu dari rencana replanting tanaman tua.
Prunning
pelepah tanaman yang berdekatan pada sarang yang dibuat untuk menghindari
terjadinya serangan dan pemangsaan telur burung oleh tikus, ular dan lainnya.
Usahakan tiang penyangga sangat licin dan dicat minyak untuk menghindari hewan
pemangsa naik ke gupon.
Berkut ini tabel
analisa biaya pemasangan rumah burung hantu adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Biaya pemasangan rumah burung hantu ( Tyto alba) di kebun kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF).
Bahan
|
Alat
|
Biaya
|
Upah
|
Broti ukuran 4
x4 m
|
Martil
Tang
|
Rp 200.000,-
|
|
Papan 3 keping
ukuran 80 x 60 cm
|
Gergaji
|
1 keping Rp 60.000,- X 3
Rp 180.000,-
|
Dengan norma kerja 2 Wd /Hk Rp 200.000,-
|
Paku ukuran
3 inci
dan 1 inci
|
|
Rp 15.000,-
|
|
Seng 2 keping
ukuran 80 x 60 cm
|
|
Rp 50.000,-
|
|
Cat minyak
warna abu-abu gelap
|
|
1 kaleng harganya
Rp 25.000,-
|
|
Semen ½ sak
|
|
Rp 50.000,-
|
|
Engsel /
kancing grendel
|
|
Rp 50.000,-
|
|
|
Jumlah biaya
untuk bahan
adalah :
Rp 560.000,-
|
Jumlah upah satu kali pembuatan
rumah burung hantu (Tyto
alba) adalah: Rp200.000,-
|
Total biaya adalah
Rp 760.000,-
|
Dari tabel
3 di atas dapat diketahui biaya untuk pembuatan sarang buatan / rumah burung
hantu adalah sebagai berikut :
Broti ukuran 4 x 4 m yang digunakan untuk
pembuatan rumah burung hantu biayanya adalah
Rp 200.000,- untuk papan sebanyak 3 keping dengan ukuran 80 x 60 cm dengan
harga 1 kepingnya adalah Rp 60.000,- x
3 keping
biayanya Rp 180.000,- untuk paku ukuran 3 inci dan 1
inci biayanya adalah Rp 15.000,- untuk seng ukuran 80 x 60 cm
dengan harga 1 keping adalah Rp 25.000,- x 2 keping seng biayanya adalah Rp
50.000,- untuk cat minyak warna abu-abu
gelap biaya 1 kalengnya adalah Rp 25.000,- untuk biaya ½ sak semen
biayanya adalah Rp 50.000,- untuk biaya engsel / kancing grendel adalah Rp
50.000,- jumlah biaya untuk semua bahan pembuatan gupon / rumah burung hantu
adalah Rp 560.000,- sedangkan jumlah upah
satu kali pembuatan rumah burung hantu dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 2 orang adalah biayanya Rp
200.000,- jadi total biaya pembuatan
gupon /sarang burung hantu untuk satu kali pembuatan adalah Rp 760.000,-
Dengan alat
yang digunakan adalah martil, tang, dan gergaji. Dengan ketentuan bahwa tinggi
dari tiang rumah burung hantu adalah 4 meter dari permukaan tanah yang mana
pada saat ditegakkan harus disemen terlebih dahulu agar tidak mudah goyang.
Berikut
adalah gambar pemasangan gupon / rumah burung hantu ( Tyto alba) di kebun
kerasaan PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF). Pemasangan gupon atau rumah burung
hantu di pasang di blok N6 tepatnya di devisi tiga tahun tanam 1997.
Gambar 3. Aplikasi pemasangan gupon/
rumah burung hantu di blok tanaman
kelapa sawit di blok N 6 kebun kerasaan Estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF)
Pada areal
kelapa sawit yang berbatasan dengan pemukiman dimana diketahui ada burung hantu,
di pasang kotak sarang pada jarak 500 – 1000 meter. Apabila gupon telah dihuni,
maka secara sistematis dipasang gupon dengan jarak lebih kurang 500 meter, Dengan
pemasangan satu kotak rumah burung
hantu lebih kurang 25 ha tanaman ( 1 blok). Introduksi burung hantu mungkin juga diperlukan untuk
di daerah pengembangan baru atau kebun-kebun dimana burung hantu ditemukan.
Observasi keberadaan burung hantu dalam 2 bulan
dihitung persentasi dari total sarang yang ada.
Analisa
dalam satu tahun burung hantu ( Tyto alba ) memakan hama tikus
rata-rata tiga ekor perhari sehingga
rata-rata setahun adalah 1095
ekor.
Sedangkan di tahun 2011 jumlah populasi hama tikus
yang dimakan oleh burung hantu adalah 1460 dengan perhitungan rata- rata 365
hari kali 4 ekor hama tikus ( Rattus sp) adalah 1460 ekor hama tikus. Dengan
asumsi bahwa di tahun 2011 lebih banyak populasi yang berkembang biak karena
disebabkan areal kelapa sawit dekat dengan areal sawah yang telah pasca panen dan areal kelapa sawit yang sudah di
replanting sehingga banyak populasi hama tikus yang berpindah dari satu blok
tanaman kelapa sawit ke blok yang lain.
Berikut ini tabel analisa biaya penggunaan racun Klerat RM-B periode 2010 sampai
dengan periode 2011 di kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF).
Tabel 4. Analisa biaya penggunaan racun Klerat RM-B
Tahun 2010 dan tahun 2011.
TAHUN
TANAM
|
BLOK
|
LUAS
|
Jumlah Racun Klerat RM-B yg digunakan
|
Jumlah racun yang dimakan hama tikus
|
||
|
|
|
BIAYA ( Kg /Rp ) + Biaya 4 Hk pd satu
Blok Rp 5500,- /Hk x 4 Hk = Rp 22.000,-
|
BIAYA ( Kg / Rp )
|
||
2005
|
N 16
|
12 Ha
|
183
|
3,66
x 28.000
Rp 102.480 + Rp 22.000 = Rp 124.480
|
172
|
3,44 x 28.000 = Rp 96. 320
|
2005
|
M 17
|
23 Ha
|
284
|
5,68 x 28.000
Rp 159.040 + Rp 22.000 = Rp 181.080
|
259
|
5,18 x 28.000 Rp 145.040
|
2006
|
K 5
|
10 Ha
|
261
|
5,22 x 28.000
Rp 146.160 + Rp 22.000 = Rp 168.160
|
250
|
5 x 28.000 Rp140.000
|
2006
|
K 8
|
9 Ha
|
82
|
1,64 x 28.000
Rp 45.920 + Rp 22.000 = Rp 67.920
|
58
|
1,16 x 28.000 = Rp 32.480
|
2006
|
K 7
|
10 Ha
|
240
|
4,8 x 28.000
Rp 134.400+ Rp 22.000 = Rp 156.400
|
200
|
4 x 28.000
= Rp 112.000
|
2006
|
L 7
|
10 Ha
|
220
|
4,4 x 28.000
Rp 123.200 + Rp 22.000 = Rp 145.200
|
218
|
4,36 x 28.000 = Rp 122.080
|
2006
|
L 8
|
9 Ha
|
30
|
0,6 x 28.000
Rp 16.800 + Rp 22.000 = Rp 38.800
|
25
|
0,5x 28.000 = Rp 14.000
|
2006
|
K 15
|
10 Ha
|
218
|
4,36 x 28.000
Rp 122.080 + Rp 22.000 = Rp 144.080
|
211
|
4,22 x 28.000 = Rp 118.160
|
2009
|
L 16
|
10 Ha
|
13
|
0.26 x 28.000
Rp 7.280
+ Rp 22.000 = Rp 29.280
|
7
|
0,14 x 28.000 = Rp 3.920
|
Berdasarkan
Tabel 4 mengenai analisa biaya penggunaan racun Klerat RM-B tahun 2010 dan
tahun 2011 dapat dihitung total biaya pengendalian hama tikus secara kimiawi
adalah Rp 1.055.400.-.Sehingga jauh lebih mahal biayanya pengendalian hama
tikus secara kimiawi dengan menggunakan racun Klerat RM-B dibandingkan dengan penggunaan burung hantu (
Tyto alba ) karena burung hantu dalam
beradaptasi harus dibuat sarang buatan atau gupon yang mana dalam penelitian
ini penulis menemukan satu sarang buatan burung hantu di blok N 6 Devisi tiga
sehingga perincian biaya pemnbuatan sarang burung hantu adalah Rp 760.000,-
2.
Uraian perbandingan biaya penggunaan Klerat RM-B dan
penggunaan burung hantu (Tyto alba)
pada tanaman kelapa sawit, rotasi pemakaian, dan harganya.
Klerat RM-
B dan penggunaan burung hantu berfungsi untuk mengendalikan hama tikus (Rattus sp) dan berikut ini adalah uraian
mengenai penggunaan Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu (Tyto alba) selama penelitian di lapangan.
Tabel 5. Uraian perbandingan biaya penggunaan racun Klerat RM-B dan penggunaaan burung
hantu ( Tyto alba ).
Uraian
|
Penggunaan Klerat RM-B
|
Penggunaan burung hantu (Tyto
alba)
|
Lokasi penelitan
|
Blok M 17
|
Blok N 6 dengan jangkauan sampai
blok P 6,blok O 5 dan
blok O 6
|
Luas ( ha)
|
23 Ha
|
Blok N 6 = 9 ha
Blok P 6 = 6 ha
Blok O 5 = 6 ha
Blok O 6 = 8 ha
Luas areal = 29 Ha
|
Kerapatan pokok
|
138 / ha
|
138 / ha
|
Jumlah pokok seluruhnya
|
3174
|
4002
|
Tingkat serangan
|
7,37 %
|
10,69 %
|
Biaya / Harga bahan
|
Rp 28.000,- / Kg/ha x 23 ha = Rp 644.000
|
Rp 560.000
|
Rotasi
|
Apabila terjadi serangan
|
Setiap seminggu sekali dilakukan pengamatan burung hantu
|
Norma
|
4 Hk /blok
|
2 hk
|
Biaya alat
|
Sarung tangan = Rp 22.000,-
|
-
|
Upah (BHL)
|
Rp 5500,-x 4 Hk x 23 Ha = Rp 506.000,-
|
Rp 200.000 / 2 Hk
|
Dosis
|
130 gr – 500 gr / ha
|
-
|
Jangkauan
|
-
|
Untuk 1 gupon rumah burung hantu jangkauan 29 ha.
|
Jumlah Hama Tikus Yang Mati Pertahun
|
1490
ekor
|
1460
ekor
|
Dari data
tabel 5 diatas dapat dijelaskan uraian perbandingan biaya antara penggunaan racun Klerat
RM-B di blok M 17 tahun tanam 2005 dengan pengunaan burung hantu di blok N 6
tahun tanam 1997 . Untuk 1 ha luas areal harga racun Klerat RM-B per kilo Rp
28.000,- / Kg/ha x 23 ha = Rp 644.000,-.Sedangkan pembuatan sarang burung hantu
biayanya Rp 760.000,- untuk satu kali pemasangan gupon.
Jangkauan 1 gupon adalah 29 ha.
Norma untuk
penggunaan racun Klerat RM-B adalah 1 blok = 4 Hk/ha. Sedangkan untuk pembuatan
sarang burung hantu normanya adalah 2 Hk. Dengan alat pengaplikasiannya adalah
sarung tangan dengan harga Rp 22.000,-/ 1 pasang untuk penggunaan racun Klerat
RM-B. Untuk pembuatan gupon / rumah
burung hantu tidak dikenakan biaya alat dikarenakan hanya menggunakan alat
seperti martil, tang dan gergaji. Upah buruh harian lepas ( BHL ) untuk penggunaan racun Klerat
RM-B Rp 22.000 x 23 Ha = Rp 506.000 jadi upah BHL
dalam 23 Ha adalah Rp 126.500 dan
untuk upah pembuatan sarang burung hantu
adalah Rp 200.000/ 2 Hk
Dari hasil penelitian didapat bahwa biaya pengendalian
hama tikus dengan menggunakan racun Klerat RM-B dan penggunaan burung hantu ( Tyto alba ) saat pengaplikasiannya
dilapangan adalah sebagai berikut :
3. Analisa Perbandingan aplikasi biaya hama tikus dengan menggunakan racun Klerat
RM-B di Blok M 17 dan Penggunaan burung hantu pada blok N 6
Tabel 6. Perbandingan biaya penggunaan racun Klerat RM-B dan penggunaan burung
hantu ( Tyto alba )
Jenis Pengeluaran
|
( Rp / Ha / Bulan)
|
|||||
Klerat RM-B
|
Burung hantu
(Tyto alba)
|
|||||
|
Fisik
|
Harga Satuan
( Rp )
|
Jumlah
( Rp )
|
Fisik
|
Harga Satuan
( Rp )
|
Jumlah
( Rp )
|
Bahan
|
1 Kg
|
28.000
|
644.000
|
7 bahan
|
560.000
|
560.000
|
Alat
|
4 Unit
|
22.000
|
88.000
|
3 Unit
|
-
|
-
|
Upah
|
4 Hk/1 Ha
|
5.500 x 23 Ha = 126.500
|
22.000 x 23
Ha = 506.000
|
2Hk/gupon
|
100.000
|
200.000
|
Jumlah
|
Racun Klerat RM-B
|
X 23 Ha
|
Pemasangan rumah
burung hantu
untuk
jangkauan 29 Ha
|
760.000
|
||
Aplikasi Racun Klerat RM-B
untuk 1x serangan dalam 23 Ha
|
1.238.000
|
Berdasarkan
tabel 6 diatas rotasi pemakaian Racun Klerat RM-B pada
Blok M 17 tergantung pada tingkat
serangan hama tikus. Ini berarti untuk harga satuan dalam hal membeli racun Klerat RM-B adalah Rp
28.000,-/Kg dan biaya bahan, alat dan upah per ha dalam pengaplikasian racun
Klerat RM-B adalah untuk bahan biaya
yang dibutuhkan Rp 28.000,- x 23 Ha = Rp 644.000. Untuk alat yang dibutuhkan
yaitu sarung tangan yang biayanya adalah 4 unit x
Rp 22.000,- = Rp 88.000,- Sedangkan dalam hal pembuatan rumah burung
hantu di blok N 6 dikenakan biaya bahan Rp 560.000,-/ 1 gupon dengan jangkauan 29 Ha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa harga bahan racun Klerat RM-B lebih mahal dibandingkan penggunaan burung hantu .
Selain perbedaan diatas, ada juga perbedaan upah antara
aplikasi racun Klerat RM-B di blok M 17 dengan pembuatan rumah
burung hantu di blok N 6. Untuk itu, dibutuhkan buruh harian lepas dalam hal
melakukan pekerjaan pengaplikasian racun Klerat RM-B pada blok tanaman yang
terserang hama tikus. Jadi, dalam satu serangan hama tikus biaya pengaplikasian
racun Klerat RM-B di lapangan adalah 4 Hk/blok dengan biaya Rp 22.000,-/4 Hk x
23 Ha = Rp 506.000,- yang berarti upah 1 Hk = Rp 5.500,-x 23 Ha = Rp 126.500 . sedangkan untuk biaya pembuatan rumah burung hantu
upahnya adalah Rp 200.000,-/2 Hk yang berarti upah 1 Hk = Rp 100.000,- untuk
sekali pembuatan rumah burung hantu ( Tyto
alba ). Sehingga biaya upah penggunaan racun Klerat RM-B lebih mahal daripada upah
pembuatan rumah burung hantu.
Maka berdasarkan hasil perhitungan yang didapat dari
hasil penelitian disimpulkan bahwa biaya pengendalian hama tikus secara kimiawi
lebih mahal daripada pengendalian secara hayati dengan menggunakan musuh alami
hama tikus yaitu burung hantu. Kemudian dari segi lingkungan, pengendalian hama
tikus secara kimiawi dapat merusak ekosistem perkembangbiakan musuh alami dari
hama tikus. Berarti penggunaan racun Klerat RM-B harus dikondisikan dengan
keadaan lingkungan sekitar agar populasi musuh alami dari hama tikus tetap
terpelihara.
V . KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian
ini dapat penulis berikan kesimpulan adalah
sebagai berikut :
1) Biaya
pengendalian hama tikus secara kimiawi lebih mahal dibandingkan pengendalian hama tikus secara
hayati. Dengan total biaya pengendalian secara kimiawi adalah Rp1.238.000,-. Sedangkan total biaya
pengendalian secara hayati adalah Rp 760.000,- dengan
jangkauan 29 ha.
2) Pengendalian
secara kimiawi dengan menggunakan racun Klerat RM-B dengan dosis 40 gram pada
tingkat serangan berat lebih efektif dalam mengendalikan hama tikus ( Rattus sp ) mempunyai tingkat daya bunuh
hama tikus yang tinggi yaitu 1490
ekor hama tikus / tahun dibandingkan pengendalian hama tikus secara hayati dengan
menggunakan burung hantu ( Tyto alba)
dengan rata-rata dapat membunuh hama tikus 1460 ekor per tahun.
Saran
1)
Pengendalian hama tikus
sebaiknya melakukan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu
menggabungkan antara pengendalian hama tikus secara
kimiawi dengan pengendalian hama tikus secara hayati agar populasi hama tikus
dapat menurun. Sehingga
produktivitas tanaman dapat terpelihara dengan baik.
2)
Proses pengendalian
hama tikus ini sebaiknya tidak terlalu berlebihan menggunakan racun Klerat RM-B
secara kimiawi karena dapat merusak ekosistem lingkungan hidup seperti matinya
musuh alami dari hama tikus misalnya burung hantu, ular dan juga kucing hutan.
Lampiran 1. Data Efektifitas pengendalian tikus dengan menggunakan
racun Klerat RM-B di kebun kerasaan PT
Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) tepatnya di devisi tiga periode April, Mei,
dan Juni 2011.
Tahun tanam
|
Blok
|
Luas areal
|
Terserang ringan
|
Terserang berat
|
Pokok yang sehat
|
Total pokok
|
Jumlah Klerat RM-B Yang digunakan
|
Jumlah racun yang dimakan oleh hama tikus
|
2006
|
K 5
|
10 Ha
|
199
|
31
|
1150
|
1380
|
261
|
250
|
2006
|
K 8
|
9 Ha
|
-
|
41
|
1129
|
1170
|
82
|
58
|
2009
|
L 16
|
10 Ha
|
9
|
2
|
1369
|
1380
|
13
|
7
|
2005
|
N I6
|
12 Ha
|
127
|
28
|
1501
|
1656
|
183
|
172
|
2005
|
M 17
|
23 Ha
|
152
|
66
|
2956
|
3174
|
284
|
259
|
2006
|
K 7
|
10 Ha
|
212
|
14
|
1154
|
1380
|
240
|
200
|
2005
|
K 17
|
10 Ha
|
235
|
61
|
1084
|
1380
|
357
|
326
|
2006
|
L 7
|
10 Ha
|
190
|
15
|
1175
|
1380
|
220
|
218
|
|
1646
|
1490
|
Sumber data : Kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF )
Lampiran 2. Data Efektifitas pengendalian tikus dengan menggunakan
racun Klerat RM-B di kebun kerasaan PT
Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) tepatnya di devisi tiga periode 2010.
Tahun tanam
|
Blok
|
Luas areal
|
Terserang
ringan
|
Terserang
berat
|
Pokok yang sehat
|
Total pokok
|
Jumlah Klerat
RM-B Yang digunakan
|
Jumlah racun
yang dimakan oleh hama tikus
|
2006
|
L8
|
9 Ha
|
-
|
15
|
1227
|
1242
|
30
|
25
|
2006
|
K5
|
10 Ha
|
-
|
109
|
1271
|
1380
|
218
|
211
|
|
248
|
236
|
Sumber data : Kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF )
Lampiran 3. Data efektifitas penggunaan burung hantu 2010 -2011
Tahun
tanam
|
Tahun
|
Blok
|
Luas areal
|
Terserang
ringan
( Pokok)
|
Terserang
berat
( Pokok)
|
Pokok yang sehat
|
Total pokok
|
Jumlah Hama
tikus yang dimakan oleh burung hantu pertahun ( ekor)
|
1997
|
2010
|
P6
|
6 Ha
|
30
|
50
|
748
|
828
|
1095
|
1997
|
2011
|
N6
|
9 Ha
|
25
|
75
|
1142
|
1242
|
1460
|
Sumber data : Kebun kerasaan estate PT Tolan Tiga Indonesia ( SIPEF )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar